
Sekitar tahun 70an sampai 80an,
ketika saya ke hutan atau ke kebun sekitar desa, saya tebiasa minum air yang
ada, di sungai, di rembesan mata air, di dinding tebing, atau bikin cekungan di
tepi sungai supaya air sedikit tersaring. Tak timbul apa-apa setelah minum air
mentah itu. Tak ada khawatir, tak ada takut akan muncul penyakit. Air terasa
murah, bukan barang langka yang perlu dijaga dan dilestarikan. Air yang
melimpah menjadi tidak berharga karena semua bisa mendapatkannya dengan mudah
dan gratis.
Kemajuan teknologi dan aktivitas
manusia menjadikan air perlahan tercemar. Minum air harus pilih-pilih di tempat
yang steril, bersih komponen yang dialiri air. Air mentah jika diminum terasa
langsung menimbulkan penyakit. Tubuh kompak menolak, seperti protes pada
perilaku tuannya yang minum air sembarangan tidak higienis. Di wilayah perkotaan
yang padat penduduk, air menjadi barang mahal. Air yang belum tercemar, yang
bening menjadi sulit ditemui karena perilaku manusia dengan segala produk
modern yang terus menerus membuat sampah, mencemari bumi.
Ketika air bersih menjadi mahal, pengusaha
menangkap peluang. Air yang tadinya dianggap barang yang gampang didapat dan
berubah menjadi barang yang eksklusif. Air dikemas dalam satu wadah, ditawarkan
dan orang-orang yang tidak mau sembarangan minum sembarang air. Pencemaran air
terus berlanjut. Orang-orang seperti tak mau sadar dan mengerti tentang
pecemaran air dan lingkungan yang menyebabkan nilai air menjadi semakin tinggi.
Air biasa yang keluar dari mata air murni, belum terkontaminasi barang selain
unsur air, terus mengalami kenaikan nilai dan harga. Air bening, air biasa tanpa
tambahan rasa atau warna lain menjadi pilihan utama bagi yang menjaga kesehatan
tubuh. Air hanya perlu kemasan yang menarik dan kecerdikan marketing menggiring
orang untuk membeli air bening dengan merk tertentu.
Sebuah benda yang tadinya
biasa-biasa saja, berubah menjadi mahal karena perilaku manusia. Bisa saja
perilaku tidak baik yang menjadikan air menjadi tidak steril, diorganisir
supaya air terus menjadi barang mahal dan langka. Para penjual air bening, yang
banyak juga orang menyebut air mineral, akan terus meneguk keuntungan jika
semakin banyak air yang tercemar, sementara mereka sudah menguasai sumber air
bening. Kampanye tentang pentingnya minum air bening diimbangi ‘harapan’ terus
tercemarnya air diperkotaan.
Tak ada orang yang bisa
menghindari air. Air akan tetap laku. Jika air sehat yang bisa diminum tinggal
sedikit dan orang yang punya air sehat itu menaikan harganya, air akan tetap
dibayar. Tak ada yang bisa menggantikan fungsi air. Air akan terus menjadi
mahal.