Label

Sabtu, 21 September 2024

MENCEDERAI DEMOKRASI

 


Demokrasi cedera? Cedera itu jika berbentuk fisik. Demokrasi itu sebuah sistem dalam bernegara yang saat ini dianggap paling baik dalam bernegara. Paling baik bagi Negara Indonesia, atau bagi para pendukung demokrasi. Jika kemudian ada ungkapan mencederai demokrasi, itu artinya demokrasi menjadi tidak normal karena ada sesuatu tindakan yang membuat demokrasi cedera.

Normalnya demokrasi itu kayak apa si? Jika semua pelaku politik dan rakyat berlaku jujur, baik dan sesuai aturan yang telah disepakati bersama dalam perebutan kekuasaan dan pemanfaatan kekuasaan, mungkin itu yang disebut demokrasi yang sesuai dengan pengusung demokrasi. Teori demokrasi itu pasti baik, karena dibikin oleh orang yang sadar dan waras dalam kondisi tidak berkepentingan dengan kekuasaan, dengan berangan-angan bahwa kekuasaan itu sebagai amanah yang harus dijalankan dengan baik tanpa memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya.

Dalam perebutan kekuasaan di dunia demokrasi, harus ada dukungan dari pemilih. Si pemilih mau mendukung peserta perebut kekuasaan jika ada yang menguntungkan bagi dirinya, bagi keluarganya, bagi kelompoknya. Persepsi menguntungkan menjadi perdebatan karena semua orang punya pendapat dan keinginan pada proses perebutan kekuasaan yang berbeda-beda. Sesuatu akan terasa adil jika menguntungkan bagi dirinya sendiri. Walaupun jika ia berada di luar, sesuatu tindakan yang terasa tidak adil, jika ia diuntungkan akan menikmatai dan membela sebuah ketidakadilan itu.

Dalam demokrasi, pemilh menjadi unsur sangat penting. Undang-undang dan peraturan lain menjadi pendukung untuk menghimpun pemilih supaya terpikat atau terpaksa memilih karena ada ancaman lain jika tidak memilih pada salah satu kontestan dalam perebutan kekuasaan. Para perebut kekuasaan akan mencari cara agar dalam pemilihan umum mendapat suara terbanyak. Satu orang satu vote, tak peduli dengan ketokohan, kepintaran, kekayaan, jabatan. Sama dan satu suara.

Dalam politik, perebutan kekuasan itu hanya dua kemungkinan; menang atau kalah. Perkara setelah nanti kalah kemudian bergabung dengan si pemenang dengan agar tetap mendapat kekuasaan, dengan alibi demi persatuan dan kesatuan negara, itu soal lain. Dalam bertempur di pemilu, apa saja akan dilakukan supaya mendapat suara terbanyak. Apapun, baik atau tidak baik. Mencari simpati, pencitraan, intimidasi, menjatuhkan lawan, menyebar hoax, memfitnah. Semua perangkat yang bisa dikendalikan akan dimanfaatkan untuk memperoleh suara. Yang tidak mendukung pun akan diupayakan supaya bisa memilihnya. Mereka melepas norma demokrasi, norma sosial dan norma hukum. Mendapat suara terbanyak menjadi tujuan tunggal. Aturan-aturan yang bisa menghalangi dan menghambat diakali agar bisa menguntungkannya. Yang ada di pikiran mereka, jika tidakmendapat suara terbanyak berarti kalah, dan kalah bukan sesuatu pilihan.

Para politikus selalu mempertimbangkan menang dana kalah. Jika dalam perebutan kekuasaan mereka berperilaku sesuai dengan ‘keinginan’ demokrasi dan itu membuatnya jadi kalah, mereka akan mengesampingkan koridor demokrasi. Demokrasi itu catatan di buku yang disimpan di lemari buku di belakang meja kerjanya sebagai pajangan. Semua alat untuk memperoleh demokrasi di seting supaya memperoleh suara terbanyak. Perilaku dan kalimat-kalimat pemikat disusun supaya para voter percaya sampai hari H pemilihan dan memilihnya.

Para pengusung demokrasi berkeinginan demokrasi berjalan sesuai dengan teori. Mereka beranggapan jika demokrasi berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan pemerintah yang menjalankan pemerintahannya dengan baik dan semua komponen negara berjalan pada fungsinya masing-masing. Mereka hanya bisa berteriak jika ada yang salah atau tidak sesuai dengan yang mereka impikan. Ada yang peduli, ada yang apatis, ada sekedar menyimak, ada yang cuek. Apakah betul demokrasi sebuah sistem terbaik dalam menyusun pemerintahan dalam sebuah negara?

Demokrasi terbaik? Jika di sebuah wilayah pemerintahan, warganya sebagian besar para penjahat, kemudian dalam sebuah pemilihan kepala daerah si ketua penjahatnya yang menang, di situ apakah demokrasi itu baik? Tapi, baik atau tidak baik juga subyektif.

Wnj, 11:35 21.09.2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar