masih bertatap mata galak, liar. dia berharap begitu. dan yang nampak keredupan, tak ada sinar dari bola mata yang dijalangkan. langkahnya bergoyang, limbung menahan beban badan yang kurus mengering.
di keramian perempatan jalan ketika pagi, dia berdiri, mengatur lalu lalang kendaraan. kadang tangannya mengepal diacungkan. dia bangga, para pengendara berpelan lajunya, “mereka takut aku,” pikirnya. batuknya yang mengguncang punggung disembunyikan dengan bereteriak dan serak tak tuntas.
ibu-ibu yang lewat, “apa nggak ada keluarganya? dibiarkan kakek itu terhuyung-huyung di tengah perempatan jalan.”
anak-naka smp mentertawai. mengeraskan suaranya ketika kakek itu membentak. ketika menyemburkan ludah yang lengket di bibir.
dia masih terasa gagah. merasa berpengaruh. merasa ditakuti. usia dan waktu telah menggerogoti. dia tak merasa itu.
langkahnya ditegapkan. tapi limbung dan terhuyung. sudah tua, dan tak merasa.
tangannya masih ingin menggenggam, tapi jemarinya sudah kaku dan tak menyentuh telapak.
ketika teriakannya tak didengar, ia terus berteriak. dan tak ada yang merasa mendengar.
Djayim, 21:56 17062024