Kemenangan Prabowo – Gibran dengan perolehan suara sampai 58% dari hasil quick count seperti sudah menjadi hasil final kalau paslon Prabowo – Gibran akan menjadi presiden dan wakil presiden periode 2024 -2029, meski masih ada upaya dari dua kubu yang kalah untuk menghambat jalannya. Pemilu-pemilu sebelumnya, belum pernah gugatan dari kubu yang kalah membuat calon presiden dengan perolehan suara terbanyak gagal dilantik menjadi presiden.
Komunikasi politik yang kami baca di luar dari berbagai berita, sepertinya berbeda dengan komunikasi dan pertemuan para elite politik. Mereka bisa melihat kebawah pergerakan dan kecenderungan para voter terhadap kemungkinan-kemungkinan kedepan jika memilih berkeputusan dari alternatif-alternatif yang mereka ciptakan. Keputusan dengan berbagai pertimbangan untuk memanfaatkan dan mempertahankan kekuasaan. Pergerakan-pergerakan politik selalu menciptakan kejutan-kejutan baru. Para pengamat politik sering tidak tepat membaca dan terkecoh. Pengamatannya menjadi subyektif dan seperti terbit dari perspektifnya dengan latar belakang dan kepentingannya.
Dengan Prabowo memilih Gibran menjadi cawapresnya, banyak yang mengira Gibran justru akan menjadi beban dalam penjaringan suara. Keraguan ini bukan tak berdasar. Cara Gibran lolos syarat menjadi cawapres yang melalui Mahkamah Konstitusi di nilai cacat etika hukum dan keraguan kapabilitas untuk mengemban amanah terbesar kedua di Negara Indonesia, sebagai alasan meragukannya. Ternyata, bukan dari sisi itu sosok Gibran untuk mendulang suara. Dari sisi anak kandung Jokowi dan usia muda yang membuat para pemilik suara berbondong-bondong memilihnya. Cacat etika hukum dan keraguan kapabel hanya berpengaruh sedikit dan terlindas oleh kekuatan Jokowi. Prabowo menyadari kekuatan Jokowi yang sulit di lawan. Meminta bantuannya adalah cara terbaik untuk mengusungnya duduk di kursi keprisedenan.
Dari kabar tentang Jokowi yang menginginkan jabatannya menjadi tiga periode yang mendapat penolakan dari banyak pihak dan lobi politiknya tak berhasil, Ia berhasil meneruskan kekuasannya melalui Gibran. Tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi yang berada di kisaran 80 prosen dan dianggap orang baik bagi pendukungnya, di manfaatkan dengan sempurna oleh Jokowi. Bantuan-bantuan sosial di gelontorkan untuk memperoleh simpati rakyat. Meski lawan politiknya berteriak-teriak bahwa itu bantuan pemerintah yang tidak ada sangkut pautnya dengan paslon Prabowo-Gibran, nyatanya rakyat ingin membalas kebaikan pemerintah yang Presiden-nya Jokowi dengan memilih Gibran. Dan, banyak juga pemilih muda yang menginginkan orang muda bisa mulai menjadi pemimpin di negaranya.
Jokowi masih menang, masih kuat dan berkibar di Indonesia. Ia menunjukkan, kalau kemenangannya dalam pilpres 2014 dan 2019, bukan karena PDIP, partai pengusungnya, tetapi karena sosoknya yang mampu mebuat sebagian besar rakyat Indonesia memilihnya untuk menjadi Presiden. Apakah Gibran kedepannya akan bisa seperti ayahnya?
10:02 230224
Tidak ada komentar:
Posting Komentar