Hasil quick count pada jam 22:50 tanggal 14 Februari 2024, pasangan Prabowo Gibran unggul dengan perolehan suara berkisar 58%, Anis – Muhaimin 25% dan Ganjar – Mahfud 16%. Banyak pihak yang meragukan paslon nomor urut 02 bisa menang satu putaran. Jika merujuk hasil quick count, hampir bisa dipastikan Prabowo – Gibran bisa menang satu putaran.
Pemilihan Gibran oleh Prabowo atau koalisinya, pasti memperhitungkan pengaruh Jokowi untuk menjaring suara. Faktor Gibran-nya jika tidak bukan anaknya Jokowi, bisa jadi malah menjadi beban bagi Prabowo dan jika bukan anaknya Jokowi yang sedang menjabat presiden, bisa dipastikan tidak masuk nominasi untuk dipilih menjadi calon wakil presdien. Ada pertimbangan pengaruh Jokowi yang sedang menjabat Presiden untuk bisa memanfaatkan posisinya, dan Jokowi memanfaatkannya dengan cermat dan terkordinir sampai pada rakyat yang punya hak suara. Suara yang nilainya sama, apapun dan bagaimanapun.
Bagi sebagian orang bisa saja menganggap bansos dan sejenisnya adalah bantuan dari pemerintah dan tidak perlu berhutang budi untuk mendukung paslon yang didukung Presiden Jokowi. Tapi bagi kebanyakan orang, berbalas budi adalah cara terbaik kepada orang yang telah memberi. Pada struktur pemerintahan, kubu 02 memanfaatkan posisi Jokowi untuk menekan pejabat-pejabat di bawahnya untuk berupaya memenangkan. Cara-cara itu memang terselubung dan memang harus terbungkus rapi. Dimaklumi, siapapun yang sedang berkuasa pasti akan memanfaatkan posisinya untuk memenangkan kubunya. Biasanya kubu yang kalah akan menuduh kubu yang menang berlaku curang dalam proses pemilu. Dan ini dimanfaatkannya sehingga tercapai apa yang menjadi tujuannya.
Pengaruh Jokowi sebagai person, pun memang sangat besar. PDIP pun dua kali menang pilpres ketika Capresnya Jokowi. Mungkin PDIP memganggap menangnya Jokowi di pilpres tahun 2014 dan 2019 karena solid dan kuatnya partai, sehingga dalam pemilu kali ini sesumbar akan menang hattrick. Nyatanya, begitu ditinggal Jokowi, paslon Capres-Cawapres yang diusung PDIP berada diurutan ke tiga dengan perolehan suara di bawah 20% (hasil quick count).
Jokowi memang hebat. Ia bisa mengambil langkah-langkah yang tak terduga karena sebelumnya ditutupi dengan cara-caranya berkomunikasi denga publik. Membangun dinasti politiknya dengan memanfaatkan momen yang tepat. Presiden-presiden sebelumnya kalah hebat cara membangun dinasti politiknya.
Membangun dinasti politik memang sepertinya hal yang tidak baik untuk demokrasi. Tapi, tak bisa dipungkiri, kebanyakan para politikus berusaha untuk membangun dinasti politik supaya posisinya kuat untuk terus memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan. Dan Jokowi memanfaatkan posisinya dengan baik sehingga Gibran bisa naik panggung sebagai wakil Presiden untuk meneruskan kekuasaannya.
Bagi pendukungnya, Jokowi hebat. Bagi lawan politiknya, Jokowi berlaku curang untuk memenangkan anaknya, Gibran. Dan, politik itu memang begitu. Apapun dilakukan untuk memperoleh, mempertahankan dan memanfaatkan kekuasaan.
19:29 14022024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar