Seseorang yang mempertahankan pendapat dan keyakinannya sering kali sengaja memotong sebagian pernyataan orang yang berseberangan untuk dikomentari sekaligus membuat pintu masuk untuk menyerang. Jika Ia lebih berhasil dalam menyebarkan pernyataanya lebih luas, Ia akan lebih dominan dipercaya daripada lawannya yang bisa saja secara keilmuan tertentu lebih benar. Orang tersebut sengaja ber-gagal paham untuk membelokan arah pernyataan karena tidak sesuai dengan nafsu keinginannya. Keinginan untuk menang lebih dominan sehingga melakukan sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani yang tak mau berbohong. Kemenangan menjadi kenikmatan yang membutakan nurani. Melupakan rasa nurani yang sebenarnya sangat lebih nikmat jika berjujur.
Kita sering kali lihat di media sosial dan media massa digital, sebuah pernyataan seseorang yang sengaja diambil sebagian dan ditanggapi hanya potongan pernyataan tersebut untuk sengaja membelokan opini dan bertujuan berpihak padanya. Bagi orang yang kurang skeptis terhadap sebuah pernyataan akan bisa langsung terpengaruh tanpa menyelusuri pernyataan sebenarnya yang dikomentari tersebut, apalagi jika ia sudah terlebih dulu percaya pada person yang berkomentar.
Pada dunia panggung politik, sengaja ber-gagal paham seringkali dilakukan politikus untuk menyerang orang atau kelompok yang tidak sependapat dengan kubunya. Bagaimana menciptakan pernyataan yang bermakna ganda terbuka agar opini para audien mengarah pada pernyataan dirinya adalah sebuah kebenaran, sedangkan pernyataan lawannya itu salah. Mempertahankan kebenaran yang subyektif adalah keharusan yang tidak boleh dihindari.
Dalam lingkup agama ( Islam ), sering kali sebuah pendapat seorang tokoh agama di tangkap ucapannya pada ruang ber-gagal paham sebagai bahan jalan untuk menyerang. Sengaja ber-gagal paham itu dilakukan karena pernyataannya atau apa yang disampaikan berbeda dengan keyakinan yang dianutnya. Sepertinya mereka berkeinginan tidak boleh ada ajaran atau pendapat lain selain yang seperti mereka yakini dan kebenaran hanya ada pada pihaknya. Bahkan pernyataan yang dilahirkan dari sengaja ber-gagal paham cenderung provokatif dan mengejek. Mereka ingin membuat sebuah ruang dengan tidak ada pendapat lain yang tidak searah dengan pendapat kelompoknya.
Pada masalah keyakinan; politik dan agama, pendapat atau argumen yang tidak sesuai dengan pendapat kelompoknya adalah salah. Hanya kelompoknya yang benar secara hakiki, di luar kelompoknya hanya kebenaran semu yang harus dibiarkan karena ada ‘aturan’ harus bertoleransi, “Jalan lain itu salah selain jalan kami.”
27.10.2021. 21:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar