Kekuasaan pada seseorang atau kelompok, bisa merubah dan
sangat berpengaruh pada pola pikir dan merubah perspektif. Sangat jarang orang yang
tiba-tiba mendapatkan kekuasaan atau diberi kekuasaan, pola pikirnya tetap ajeg. Apalagi terhadap kelompok atau seseorang yang memberinya, memfasilitasi, ikut
mendukung dan menjadi bagian dalam proses memperoleh kekuasaan.
Kekuasaan itu nikmat, menyenangkan dan membius serta
mendatangkan uang. Maka untuk mempertahankannya, harus disusun strategi dan
segala langkah yang harus ditempuh agar kekuasaan tetap bisa digenggamannya dan
selalu membuat pihak yang ingin merebut kekuasaan menjadi lemah. Selalu ada
pihak lain yang ingin merebut kekuasaan dan selalu ada muncul energi yang
menggelora untuk mempertahankan kekuasaan.
Bagi orang yang tak bisa menjadi leader dalam sebuah koloni kekuasaan, harus ada cara agar ia kebagian
posisi dalam lingkaran penguasa. Ditempuhnya; mendekat, mengelu-elukan, memuja,
memberi muka, membela, bahkan menjilat pun dilakoninya demi untuk memperoleh
kursi kekuasaan. Bila kekuasaan telah didapatnya, menikmatinya sambil terus
berjaga-jaga supaya kekuasaan yang didapatnya tak direbut oleh lawan dan juga
tak disingkirkan oleh kawan. Mereka berkelompok mempertahankan kekuasaan
kelompoknya juga mempertahankan kekuasan individunya. Berkelompok agar menjadi
kuat, tapi setiap individu dalam satu kelompok ber-egois satu sama lain. Tak ada
teman, yang selalu ada: kepentingan dirinya sendiri. Teman dan yang lainya
adalah teman untuk bersama menjadi kuat dan pesaing dalam kelompoknya.
Saat seoarng pencari kekuasaan yang berada di luar lingkaran
penguasa, melemahkan sang penguasa adalah upaya yang akan terus dilakukan
sampai didapatkan kursi kekuasaan. Jika kemudian dengan tiba-tiba sang oposan
atau sang perebut kekuasaan diberi kursi kekuasaan oleh sang penguasa, maka
segala pandangan terhadap sang pemberi kursi akan serta merta berubah dan
segala kritiknya berubah menjadi puja puji, penuh pembelaan dengan segala
argumen untuk menyatakan bahwa sang pemberi kekuasaan itu baik dan tak ada yang
lebih baik darinya.
Dalam ruang politik, hal semacam diatas kerap terjadi,
menjadi lumrah dan wajar. Mereka penikmat kekuasaan tak akan malu dan merasa
risi pandangan dan pola pikirnya berubah dan berbalik arah menjadi pembela
setelah mendapatkan kekuasaan, karena tujuannya memang mendapatkan kekuasaan.
Ketika yang melemahkan penguasa dan yang mempertahankan
kekuasaan saling serang dan saling bertahan, statemen dari pihak mana yang bisa
dipercaya?
Rakyat yang punya hak pilih, hanya alat dan ajang bagi mereka
para politisi untuk memperoleh kekuasaan, memanfaatkan kekuasaan dan
mempertahankan kekuasaan. Bertanya mana yang bisa dipercaya janji-janji dan statemennya, jawabnya, tak perlu-lah
bertanya semacam itu. Mereka hanya menyerang dan bertahan demi kekuasaan
kelompoknya dan dalam lingkaran kelompoknya sama-sama berebut dan bertahan agar
bisa selama mungkin berkuasa, selama mungkin mendapatkan uang, selama mungkin
bertahta.
22:13. 25.12.2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar