Koneksi internet yang semakin bagus dan penggunaan alat
tekhnologi yang semakin luas serta pemakainnya yang semakin gampang, membuat
begitu banyak orang tersambung dengan dunia maya. Dunia yang setiap detik
bertambah jangkauannya dan bertambah kualitas koneksinya. Smartphone yang
semakin murah dan biaya koneksi data yang semakin terjangkau membuat begitu
banyak orang, dengan tak terbatasi oleh usia, tersambung satu sama lain dalam
dunia penuh berjubel segala informasi dari berbagai sumber dengan berbagai tujuan
dan latar belakang kepentingan.
Dengan segala fasilitas yang ada, maka seolah dunia ada
dalam genggaman. Kita bisa mengakses semua informasi, bisa berdiskusi, sharing
pendapat tanpa harus bertatap muka. Kemudahan itu mendorong orang untuk
memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, kelompok atau golongannya.
Dunia politik memanfaatkan sebuah wahana yang tersedia
dengan begitu luas dan terus berkembang. Begitu banyak propaganda yang setiap
hari diunggah untuk mempengaruhi pembaca agar meyakini apa yang diunggahnya
adalah sesuatu yang benar, wajar, obyektif, baik dan harus diikuti. Perebutan
kekuasaan, pemanfaatan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan yang dilakukan dengan memanfaat tekhnologi
informasi, terus menerus dilakukan dengan mengunggah secara rutin informasi
yang menunjukkan kebaikan kelompoknya dan megesampingkan kelompok lawan dengan
membawa image bahwa lawan politiknya tidak baik, curang, melanggar
aturan dan segala ketidakbaikan lainnya.
Seperti tak ada kata sepaham antar kubu yang berbeda. Setiap
yang dianggap baik oleh kubu yang satu, kubu yang lain akan mengoreknya dan
berusaha menelanjangi agar sisi jelek kubu lawan terungkap. Bahkan menyampaikan
informasi yang sengaja tak sesuai dengan kejadian sesungguhnya pun, dilakukan.
Tujuannya agar si pembaca mempercayai apa yang disampaikannya dan bersimpati
pada dirinya. Saling serang selalu ada pada ruang yang berbeda. Dan, media
sosial menjadi salah satu tempat untuk berdebat, tempat untuk mengunggah
informasi, tempat untuk saling mencurahkan informasi yang menguntungkan
pihaknya, menguntungkan kubunya, dan selalu ditambahi embel-embel yang
tujuannya menyerang lawannya.
Mengunggulkan kubunya sendiri yang tergabung dalam satu
koalisi, menjadi tema utama dan tujuan pertama mengunggah tulisan dalam media
sosial. Lihatlah di twitter atau facebook, media sosial yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Jika ada yang mengunggah masalah politik dari salah
satu kubu, kubu yang pro akan terus menyanjung dan kubu yang kontra akan terus
berusaha menyangkal denga berbagai dalih pada komentar di bawahnya. Aroma
nyinir dan kata-kata tidak sopan, seperti lepas begitu saja tanpa beban sosial.
Banyak juga komentar yang sepertinya muncul dari ide yang sama yang
dimungkinkan dari akun palsu yang sengaja meramaikan agar opini publik yang
membaca percaya pada semua apa yang diunggah kubunya.
Ada banyak kasus yang sama, menjadi sangat berbeda beritanya
ketika muncul di media. Bahkan berubah arah menjadi fitnah yang menjerumuskan
pembaca. Seperti tak ada rasa risi menyebarkan berita ataupun pnedapat yang
disimpangkan dan dimanipulasi. Hati dan pikirannya hanya terfokus untuk
menyerang denga tujuan membuat lawan sakit dan kalah. Kata-kata nyinyir,
kalimat-kalimat menyerang dan melecehkan begitu mudah keluar dari pikiran-pikiran
orang Indonesia yang setahu saya punya etika sopan santun yang baik serta punya
toleransi yang tinggi.
Jika kita membacanya dengan kecenderungan mendukung salah
satu kubu ( misalnya dalam kontek capres cawapres 2019 ), dipastikan kita akan
terbakar amarah dan tergoda untuk berkomentar dengan nada setidaknya membela
untuk menyerang balik. Berusaha meluruskan, tapi yang “diluruskan” seperti mau
meledek dan terus menyerang. Karena mereka memang ber-‘profesi’ untuk
mengompori kubu lawan dan mencari simpati orang yang kurang tahu atau ada
kemungkinan tergiur untuk percaya dan bergabung dengan kubunya. Hilang rasa
hati dan etika bersosial.
Semua bertujuan untuk sebuah kekuasaan. Kekuasaan yang
melenakan. Kekuasaan yang sangat erotis untuk diperebutkan, untuk dipertahankan
dan untuk dimanfaatkan.
Maka, jangan gampang percaya berita politik yang
bersumber dari kubu tertentu yang berkepentingan dan berhubungan dengan kekuasaan.
7 sept 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar