Budaya pop atau budaya populer berjalan sangat cepat dan
penuh kreatifitas yang tak terduga. Bergerak terus dan selalu muncul hal-hal
baru yang mengejutkan. Kemunculannya yang sering tak terduga dan jenisnya yang sering diluar dugaan itu
menjadikan kita ‘tersadar’ ternyata hal yang dianggap sepele bisa menjadi
sebuah trend pada kalangan tertentu atau bahkan pada semua kalangan.
Gangnam style, budaya pop korea selatan, sebuah kegiatan
yang menurut saya sebuah kegilaan, menjadi virus yang menular hampir ke seluruh
penjuru dunia. Suatu bentuk pelepasan kepenatan pada saat tertentu dengan
melupakan semua kegiatan yang sedang dilakukan dengan menari sesukanya, tanpa
bentuk, super cuek, tak teratur bahkan cenderung norak, itu dianggap sesuatu
yang mengasyikan sehingga banyak orang yang ikut meniru dan melakukan dengan
tambahan kreasi menurut kesukaannya sendiri. Sebuah ekspresi tanpa batas.
Seperti itulah budaya pop. Tumbuh dari tempat yang tak perlu dipersiapkan
secara njlimet agar apa yang dilahirkan dapat dinikmati.
Tak perlu nilai estetis, tak perlu nilai psikologi, tak
perlu penafsiran dengan berbagai persepsi dengan pondasi keilmuan yang
berkaitan dengan budaya pop yang sedang ngetren. Sebuah tarian yang mengikuti
sebuah musik dengan gerakan-gerakan yang mengesankan, seperti goyang cesar,
bisa tiba-tiba menjadi sebuah tarian yang banyak diikuti banyak orang dan
menjadi tren. Nyanyian dangdut ala pantura yang mencomot lagu-lagu genre lain
yang sedang populer kemudian didangdutkan dengan penuh hentakan-hentakan musik
yang khas dengan teriakan-teriakan musikalisasi, menjadi sebuah musik yang
mudah dinikmati dan mengajak seluruh bagian tubuh untuk bergoyang ikut menari.
Sekelompok ana-anak muda yang tergabung dalam vokal grup ( boy band dan boy
girl ) dengan dengan bermodalkan suara dan wajah-wajah imut yang menawan,
menjadi sesuatu yang banyak digemari anak-anak muda. Sebuah ungkapan kalimat
semacam ‘eta terangkanlah’ bahkan bisa saja tiba-tiba menjadi populer. Seorang
anggota polisi bernama Norman kamaru tiba-tiba terkenal karena aksinya yang
menari mengikuti nyanyian India di unggah di youtube, menjadi mewabah dan
banyak ditiru orang. Oom tolelot oom, yang awalnya sebuah ucapan dri beberapa
anak yang mengharapkan sopir bis atau truk untuk membunyikan klakson yang
berbunyi tolelot, menjadi begitu terkenal dan banyak anak-anak sampai orang
dewasa menirunya. Semacam itulah budaya pop.
Budaya pop seperti tidak begitu penting keberadaannya. Lewat
begitu saja, hiruk pikuk sebentar, kemudian lenyap digantikan pop yang lain.
Pop yang simpel dan gampang dinikmati itu menjadi banyak disukai banyak orang.
Biasanya, budaya pop itu awalnya dibuat untuk menyenangkan dirinya sendiri kemudian
baru untuk menyenangkan orang. Sifatnya yang gampang ditiru, menjadikan budaya
pop gampang menyebar. Sedikit penambahan-penambahan kreasi menjadikan budaya
pop itu bertahan sedikit lama. Banyak yang menilai budaya pop kurang bernilai.
Tak perlu juga di gali nilai-nilai budaya yang terkandung dan tersirat di
dalamnya.
Penyebaran budaya pop yang begitu cepat merambat dan gampang
ditiru itulah yang membuat budaya pop menjadi tiba-tiba begitu populer dan
banyak mempengaruhi perilaku masyarakat. Sering lahir dengan tidak sengaja dari
sebuah keterkejutan atau kejenuhan budaya yang monoton. Budaya pop akan terus
lahir, hilang, mati dan tumbuh silih berganti. Dinikmati dan segera terlupakan.
Tercatat, terselip pada lembaran sejarah, sesekali terbaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar