Sesat bisa diartikan tidak melalui jalan yang benar, salah
jalan, atau menyimpang dari kebenaran. Secara harfiah orang yang sesat bisa
diartikan orang yang tidak sesuai jalan yang benar atau orang yang salah jalan.
Jika sesat karena salah menuju pada suatu tempat atau tepatnya tersesat, bisa
jadi orang yang tersesat itu samasekali tidak sengaja dan karena tidak tahu.
Dalam hal ini mustahil seseorang yang akan menuju suatu tempat yang ia tahu
tempatnya, sengaja lalai agar tersesat. Jika seseorang itu sengaja tersesat, Ia
bukan lagi bisa disebut tersesat atau sesat. Mungkin saja Ia sengaja
menghindari sesuatu di tempat yang di tuju atau punya tujuan lain, dan itu pun
jika Ia mengantarkan seseorang atau barang. Menjadi tidak mungkin seseorang
sengaja tersesat ketika menuju ke suatu tempat, karena jika sengaja tersesat,
Ia tidak perlu atau tidak akan berangkat.
Akan lain rasa pembahasannya jika sesat dalam ranah
kepercayaan, keyakinan atau agama. Sebuah kegiatan yang dilakukan tidak sesuai
dengan tata cara yang telah ditentukan dan diyakini oleh pemeluk agama
tertentu, akan disebut sesat oleh kelompok yang merasa keyakinan dan cara yang
dilakukannnya benar. Yang merasa benar tentu dengan segala argumen dan
dalil-dalil yang telah ada dalam kitab agamanya. Dan mungkin saja lupa, kalau
yang dianggap sesat itu, para pelakunya merasa bahwa cara yang dilakukannyalah
yang benar. Karena jika tak merasa benar, mereka tak akan melakukannya. Seperti
orang yang berangkat menuju pada suatu tempat dan tahu tempatnya, ia pasti tak
akan sengaja tersesat atau menyesatkan diri.
Karena beda dan berlainanlah, orang atau sekelompok orang
yang sepaham, mengatakan atau menyebutnya sebagai sesat. Ya, karena tak
sepaham, karena tak sama dengan apa yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang.
Jika saja seseorang atau seorang yang dianggap sesat oleh
sekelompok orang itu tidak merugikan dan tidak membuat kerusakan, sebenarnya
bukan sesuatu yang perlu dirisaukan, apalagi sampai harus dibubarkan paksa
dengan kekerasan. Apa yang mereka lakukan dalam kelompoknya, yang dikatakan
sesat oleh kelompok lain, bagi mereka adalah hal yang terbaik dan hal diyakini
kebenarannya. Karena kebenaran dalam kepercayaan, keyakinan dan agama itu subyektif.
Salah atau kesalahan, sesat atau kesesatan atau menyesatkan, bagi kelompok satu
belum tentu sama persepsinya bagi kelompok kepercayaan lainnya.
Agama itu sesuatu keyakinan dan kepercayaan pada sesuatu
aturan tertentu dan keyakinan akan berbagai sebab akibat yang timbul jika
berbuat sesuatu atau tidak berbuat. Keyakinan itu turun temurun dengan di
pagari oleh kitab suci. Kitab suci sebagai pegangan dan kumpulan tata aturan
dan tak boleh dibantah. Dalam penafsiran kitab suci dan tindak tanduk yang
dilakukan pleh nabinya (dalam Islam ditulis dalam hadits), terjadi perbedaan
pendapat yang memunculkan cara berbeda dari kelompok satu dengan kelompok
lainnya.
Ada sebuah perbedaan yang masing-masing kelompok masih bisa
menolerirnya dan ‘membiarkan’ berjalan beriringan, tapi ada perbedaan yang
menurut kelompok lain perlu diambil tindakan agar tidak terus berkembang karena
dianggap mengotori/menodai dan menyimpang dari yang seharusnya (menurut
kelompok yang tidak sepaham).
Jika yang dianggap sesat oleh kelompok lain tetap bertahan
karena mereka yakin akan apa yang dilakukan adalah benar (menurut mereka) dan tidak
menganggu, tidak merusak, tidak merugikan, apakah harus dibubarkan karena tidak
sesuai dengan kelompok lain yang lebih besar dan telah memvonis sesat pada
kelompok tertentu. Kebenaran macam apa yang benar-benar ‘BENAR’, karena kita
tidak pernah tahu berbagai ‘BENAR’ yang mendaptakan pahala dan ganjaran sorga
yang diidamkan setelah kita mati. Ketidaktahuan yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan manusia itulah yang menjadikan banyak berbeda keyakinan
dalam menjemput dan berjalan pada jalan yang ‘BENAR’.
Benarnya satu kelompok belum tentu benar menurut kelompok
lain dan bisa saja dianggap benar yang kurang sempurna oleh kelompok. Dan beruntun
kelompok lainnya, lainnya lagi dan terus.
Benar dan ‘BENAR’ menjadi berbeda karena latar belakang
sosial, kelompok berteman, keturunan, pengalaman hidup dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar