Pernah / sering dengar atau baca berita yang sengaja di
pelintir?? Di era sekarang, di Indonesia yang memberi ruang kebebasan untuk
berpendapat sangat luas, pasti pernah. Mengucapkan kalimat atau menulis kalimat
dengan disengaja agar arah penafsiran seperti yang yang di kehendaki si
komunikan, sebagai salah satu jalan untuk mendiskreditkan pihak yang diserang,
menjadi hal yang sering terjumpai. Terlebih saat ruang politik sedang riuh
rendah berebut kursi, berebut simpati, berebut suara agar tujuannya
mengendendalikan kekuasaan pada masing level kepala daerah, tercapai.
Berita yang sengaja disusun dengan kata-kata yang membuat
yang mendengar atau melihat menjadi berkurang rasa simpatinya terhadap korban
dari berita yang dipelintir, disajikan dengan nada suara yang datar, biasa-biasa
saja dan dengan ekspresi tanpa menyerang
(dalam berita di tivi), disampaikan seperti hal nyata dengan dibumbui kalimat
terbuka yang bermakna ganda dan bercabang. Dalam kalimat itu juga dipilih
dengan kata-kata, yang jika diserang balik oleh si korban berita, dengan
persiapan arguen yang jika dilayani akan menjadi debat kusir dengan arah yang
tak tentu dan tak bermutu.
Lebih naik levelnya dari berita pelintiran adalah hoax. Dalam
hoax, cerita yang sama sekali tidak ada pun, disusun dan dikait-kaitkan dengan
peristiwa seseorang yang jadi sasaran korban untuk menjatuhkan. Dengan berita
yang runtut dan disusun dengan rasa komunikatif yang tinggi, menjadikan berita yang
sama sekali tak benar, bisa meresap ke pikiran pembaca / pendengar dan meyakini
kalau berita itu benar. Berita semacam ini di buat demi sebuah kepentingan. Kepentingan
satu kubu untuk menjatuhkan kubu lain. Meski membuat hoax itu tidak baik,
karena sebuah kepentinganlah mereka membuatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar