orde baru.
untuk bisa
jadi pengusaha, bupati, gubernus, menteri, politikus; maka masuklah di akabri.
lulus langsung bermasa depan cerah. jika jadi jenderal gampang untuk jadi
direktur utama atau komisaris perusahaan besar yang perlu tameng perlindungan.
jika dekat penguasa, yang perwira menengah bisa jadi bupati atau walikota, yang
perwira tinggi bisa jadi gubernur datau menteri. yang berpolitik, jadi pengurus
golkar, maka karir bisa cepat menanjak. ikuti kebijakan bos besar, aman,
tinggal ikuti yang boss mau. yang punya usaha media, sanjunglah gerak-gerik
penguasa dan ambil orang dekat boss jadi pengurus perusahaan agar tak dibredel.
yang jadi kontraktor, pengusaha, jangan terlalu jauh dari jangkauan bossbesar,
bosssedang, bosskecil, wakilboss, ajudan boss. jangan buat mereka tak senang.
semua bisa lancar.
reformasi.
semua
berteriak, menyalah rezim orde baru, termasuk yang menikmati dan melakoni masa
orde baru; "penguasa orde baru jahat, melanggar ham, mencengkeram kebebasan
pers, budaya abs."
pki mendapat
angin, berjingkrak-jingkrak lepas dari kurungan, bernyanyi dan ikut berteriak.
perlahan menyeruak menampakkan diri. perlahan ikut merebut kekuasaan,
memanfaatkan. mempengaruhi dan ikut berandil mengambil keputusan. koran,
tabloit, majalah, televisi tumbuh subur berkabar sebebas-bebasnya menabrak
semua tatanan yang dibangun selama 32 tahun. semua tanpa bentuk, cepat berubah,
cepat sekali berganti.
propaganda,
iklan, rayuan membeli, bertumpah ruah di setiap waktu, setiap tempat.
partai
politik berratus-ratus. bermacam-macam slogan, berbeda aliran, berbeda
landasan. ramai-ramai ikut berebut kursi kekuasaan lewat kendaraan politik.
saling serang, saling hasut, saling sikut. berteman sekaligus bermusuhan.
berteriak,
“kamilah paling baik yang lain hanya cari kekuasaan dan uang.” melompat kesana
kemari mencar posisi. karena kekuasaan adalah uang.
karena uang
bisa menjadi berkuasa. dan berkuasa bisa menjadi uang.
terperangkaplah
mereka dalam dunia korup. yang sial di gelandang oleh kpk menuju hotel prodeo.
orde hoax.
teknologi
informasi melesat. internet dalam genggaman. semua bisa upload, semua bisa
unduh. semua bisa baca. semua ada. hampir tak ada screen. media sosial menjadi
kanal yang begitu lebar membanjirkan informasi. hoax dan bukan hoax sulit di
pilah. yang fitnah, yang benar, yang provokasi. hobi eksis di media sosial
termanfaatkan. kampanye pemilu, pilpres, pilkada mendapat ruang baru. bergelut,
berantem, menghasut, provokasi. melemahkan minat baca. pengaruh media sosial
ikut andil berebut kursi kekuasaan.
karena
kekuasaan itu nikmat.
karena
kekuasaan itu candu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar