Membaca;
Membaca itu nikmat dan
menyenangkan, jika sesuatu yang dibaca itu membawa pada alam yang dikehendaki ke
arah alam imaginasi kita. Jika kata yang disusun membentuk kalimat menjadi enak
dirasa dan diikuti alurnya. Membaca bagi saya seperti berwisata dengan tanpa
polusi dan tanpa harus bertemu dengan banyak orang dengan segala polah tingkah,
berdesak-desakan, antri dan segala macam sesuatu yang mengusik sebuah
ketenangan dan sepi yang bermakna. Alur pikiran yang dituangkan oleh penulis
yang berbeda dan bermacam-macam acuan, pola pikir, idealisme, pondasi ide,
pegetahuan secara umum dan khusu, kecenderungan terhadap sebuah kepercayaan dan
agama yang di anut, bisa membangun sebuah ‘lokasi’ wisata yang dihiasi oleh imaginasi
kita dalam membaca. Segala yang dituangkan penulis dengan bumbu yang
mendasarinya menulis, menjadi menu sajian tersendiri.
Wisata membaca itu akan menjadi
semakin membawa ke dunia lain yang dibangun oleh penulis. Kadang bangunan
wisata itu ternyata gagal untuk sebagian pembaca. Kegagalan membangun wisata
itu tak sepenuhnya ‘kesalahan’ sang penulis membawakan cerita, tetapi bisa juga
karena si pembaca tak selera dengan gaya bahasa yang dibangun. Sebuah cerita
yan bagus bagi sebagian orang, belum tentu menyenangkan bagi sebagian orang
lain.
Saya sendiri lebih suka membaca
daripada menonton sebuah novel atau cerpen yang difilmkan. Beberapa ada yang
saya baca ceritanya kemudian menonton filmnya. Dan saya sering merasa kecewa,
karena ternyata apa yang dituangkan di film oleh sutradara tidak sama dengan
bangunan imajinasi saya saat membacanya. Bahkan saat saya lebih dulu menonton
filmnya kemudian baru membaca bukunya, imajinasi bangunan saya tidak sealur
dengan imajinasi sang sutradara yang dituangkan dalam film tersebut. Disitu ada
‘kesenangan’ tersendiri, karena imajinasi saya tidak terpengaruh oleh film
tersebut.
Menulis;
Sama seperti membaca, menulis
juga menghadirkan sebuah kenyamanan tersendiri. Sebuah hal yang sederhana,
ditulis dari sisi pandang yang berbeda, sisi pandang yang imajinatif dan
kreatif akan menjadi sebuah tulisan yang membangun jalan ‘wisata’ bagi si
pembaca. Sebuah pencerahan baru akan timbul dari sebuah tulisan yang orisinil
dengan ide kreatif imajanatif.
Cara penuangan ide dalam tulisan,
terpengaruhi oleh kondisi saat menulis. Kondisi ini dapat berupa; idealisme
sesaat, kepercayaan dan keyakinan, gejolak sosial dan politik, kecenderungan
hobi, dan kejadian saat ide itu muncul dan tertangkap dalam bank ide.
Sebuah ide yang tertangkap dan
masuk dalam bank ide, saat ditulis, seringkali melenceng dari ide awal. Bahkan
bisa memunculkan ide baru saat penulisan. Jika kita ingin mempertahankan ide
awal yang akan di tulis, diperlukan sebuah kerangka tulisan sampai akhir agar
hasil penulisan tak keluar dari ide awal. Saya sendiri sering membiarkan
munculnya ide lain saat menulis dan mengikutinya menjadi sebuah ide yang baru.
Ide awal yang telah tertinggalkan, jika masih minat akan ditulis kembali.
Membaca dan menulis, sama-sama
menikmatkan. Saya akan melahap dulu sampai tuntas sebuah buku jika sudah masuk
pada dunia membaca. Itu akan melupakan dan tak menyempatkan waktu untuk
menikmati menulis. Hal itu juga untuk menghindari agar dalam saya menulis tidak
terkontaminasi oleh ide dari penulis yang sedang saya baca.
Karena menulis dan membaca
sama-sama menikmatkan, tak ada prioritas dari keduanya. Menulis bagi saya pun,
sekedar mencari nikmat, sama seperti membaca.
Oktober 2016
Hengah... sing bener yim, pliss
BalasHapus