Begitulah politik, yang ada hanya
kepentingan, kepentingan partai, kepentingan kelompok, kepentingan individu. Jangan terlalu percaya jika para politikus
mementingkan rakyat dan mengutamakan kepentingan negara. Jika Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) yang merasa penyelamat partai mengadakan munas lebih dulu, di
Golkar yang merasa sebagai kelompok penyelamat partai mengadakan munas setelah
Munas di Bali yang mengusung Abu Rizal Bakri sebagai ketua umum.
Semua bermula dari perbedaan
kepentingan. Tentu kepentingan kelompok untuk ke depannya. Bahkan kepentingan
ini bisa mengerucut ke kepentingan pribadi. Setiap personil yang bermain di
dunia politik punya cita-cita yang berhubugan dengan dirinya di masa datang. Cita-cita
politiknya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; keyakinan agama,
pandangan politik, kecenderungan bentuk kenegaraan, bisnis yang dilakoni, kemungkinan
kesempatan yang bisa dimasuki, kedekatan pada tokoh yang bisa membuat dirinya
eksis, kondisi masyarakat terkini dan kemungkinan yang akan datang. Semua
menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan seseorang memilih bergabung pada partai
tertentu, atau di dalam sebuah partai pun, harus berkeputusan memilih salah
satu kubu jika terjadi perpecahan.
Dengan berbagai pertimbangan
tersebut, sering para politikus berpindah partai untuk mencari suasana yang
lebih membuat dirinya eksis dan bertahan lebih lama. Ia akan cermat
mempertimbangkan semua faktor yang punya kemungkinan terbesar berpengaruh
sampai kemungkinan terkecil yang bisa mempengaruhi ke-eksis-annya di masa
datang dalam karir politiknya. Di dalam berkomentar dan bersikap pun dalam
sebuah kasus yang sedang mendapat perhatian besar dari publik, seorang politik
harus pintar-pintar mencari kalimat agar para rakyat bersimpati dan terkenang
sehingga dalam pemilu depan politikus tersebut masih diingat.
Kecenderungan dalam langkah
berkeputusan politik tidak hanya dilakukan secara person per person. Secara
partai pun dilakukan. PDI-P misalnya, ketika memposisikan dirinya sebagai
oposan, partai tersebut menolak dengan keras keputusaan pemerintah yang katanya
tidak berpihak pada rakyat (seperti kenaikan harga BBM), ini untuk menarik
simpati rakyat. Penolakan tersebut lengkap dengan argumen dan perhitungan-perhitungan
yang njlimet dan argumentis. Dan tak heran ketika PDI-P itu berkesempatan
mengusung pemerintahan, Ia langsung menaikan harga BBM, tentu dengan
argumen-argumen yang lengkap dengan pengantar kata-kata politis dengan dalih
demi kepentingan negara yang lebih besar dan untuk kepentingan rakyat juga.
Rakyat menjadi obyek yang diperebutkan perhatiannya, karena rakyatlah yang
punya suara berkuasa atau tidaknya seseorang atau sebuah partai.
Jika Partai Golkar sekarang
pecah, itu juga karena perbedaan pandangan dari tokoh-tokoh di dalam partai
tersebut dan atau ada pula pengaruh-pengaruh dari luar partai. Yang
mempengaruhi tokoh-tokoh partai tersebut juga punya kepentingan. Hanya ada
kepentingan abadi dalam politik. Pecahnya dua partai, PPP dan Partai Golkar,
karena ada dua kubu yang berbeda kepentingan dan berbeda paham, yaitu kubu
Koalisi Indonesia Hebat dan kubu Koalisi Merah Putih.
Berebut kekuasaan memang
memerlukan dukungan dan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Harus ada
kelompok-kelompok orang yang berseragam pandangan, tujuan, dan jalan yang akan
ditempuh. Jika ada beberapa tokoh yang masing-masing merasa punya kekuatan
untuk mengendalikan partai, tapi diantara mereka terjadi ketidaksamaan
pandangan dalam berpolitik maka akan terjadi perpecahan apabila berbagai cara
untuk bertemu tidak tercapai dalam satu titik kesepakatan.
Partai Golkar dan Partai
Persatuan Pembangunan Pecah, tentu ada pihak yang diuntungkan dan ada pihak
yang dirugikan. Dua perbedaan kepentingan itulah yang terus berjuang untuk
memenangkan pertarungan agar karir politiknya punya nafas lebih lama. Maka yang
berniat masuk ke dunia poitik, bersiaplah untuk tersungkur, di tikam dari
belakang oleh teman dan harus pula tega menjungkalkan teman jika mau lebih lama
bertahan dan eksis.
7 Nopember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar