Ini sebuah Nasionalisme, pikir
saya ketika melihat kibaran Sang Merah Putih di pinggiran perkampungan pada
sebuah lembah tak luas di bawah hutan. Hari itu tanggal 4 Nopember. Seingat
saya tak ada hari Peringatan Nasional. Atau mungkin sedang menyambut Hari
Pahlawan enam hari ke depan. Saya juga tak menelusuri sebab musabab pasti
kenapa orang itu memasang Bendera Merah Putih di depan rumahnya yang nota
bene-nya bukan perkantoran. Sedikit informasi dari temen yang sekampung
dengannya, Ia seorang guru spiritual yang sepertinya ingin menunjukkan bahwa Ia
menjunjung tinggi NKRI.
Terlepas apakah orang tersebut
memasang Sang Merah Putih karena jiwa Nasionalis yang tinggi atau sekedar
isenga dan punya tujuan lain, romantisme nasionalisme saya terhentak dan muncul
karenanya. Sudah lama saya ingin memasang Bendera Merah Putih di depan rumah
saban hari. Tapi itu hanya sebuah rencana yang terpasang di angan-angan. Bahkan
pada hari-hari yang diperingati sebagai Hari Nasional pun sering tak memasang
bendera. Sering dengan enteng berkelit dalam hati, tak pasang bendera tak
apa-apa yang penting di hati tetap berkibar Sang Merah Putih. Alasan yang
sering dibuat-buat sekedar di hati atau di lidah untuk membenarkan
kekeliruannya.
Rasa Nasionalisme sering
terlupakan dan terabaikan. Rasa itu bisa saja tiba-tiba muncul jika ada pihak
external yang mengusik kedaulatan dan kebanggan kita sebagai bangsa yang bernegara.
Peng-klaim-an lagu asli daerah Indonesia, tari, reog dan budaya asli Indonesia
lainnya oleh negeri Jiran Malaysia, membangkitkan rasa Nasionalis di dada
rakyat Indonesia dari rasa nasionalis yang tertidur dan lupa. Pemerintah
kemudian terburu-buru mendaftarkannya ke Unesco, kalau itu semua budaya asli
Indonesia. Ada sisi baiknya juga tindakan Malaysia, untuk sesekali
membangkitkan rasa Nasionlisme yang semakin tak tertanam di jiwa kita. Lebih
parah lagi, orang kita sendiri sering merasa minder menjadi bagian dari Bangsa
Indonesia dengan selalu mengunggulkan negara lain yang belum tentu benar karena
hanya tahu dari media.
Terbaru, kita di henyakkan oleh
berita tentang kedutaan Australia yang dijadikan sebagai tempat penyadapan oleh
inteljen Amerika Serikat. Ini tentu menggeramkan dan membangkitkan rasa harga
diri sebagai bangsa yang berdaulat, di injak-injak oleh negara lain. Tindakan
mereka, Australia dan Amerika Serikat, tidak menunjukkan sebagai negara yang ingin
bersahabat dengan baik. Ada kepentingan lain yang merugikan negara yang
dijadikan sebagai obyek mereka. Tentu ada tujuan tertentu dengan apa yang dilakukan
oleh mereka.
Sebuah bendera merah putih yang
berkibar bangga di ujung desa di tepi hutan, pertanda Nasionalisme masih tumbuh
di setiap pelosok tanah air meski itu tidak dibangkitkan oleh pihak ekternal
negara. Kita juga sering melihat bendera
Merah Putih terpasang gagah di baju atau jaket seseorang. Ini juga
menimbulkan Nasionalisme dan greget
tersendiri di jiwa kebangsaan kita. Meski kadang saya lihat juga ada anak-anak
muda yang memakai kaos berbendera Jamaika, tentu itu bukan Ia mencintai
Jamaika-nya, itu karena ia suka sama Bob Marley dengan musik Regae-nya. Atau berkaos
berbendera dan bertuliskan Brasil, Italia, Jerman, dll, itu karena mereka suka
dengan Sepak bolanya, bukan pada negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar