Dalam sebuah perjalanan dengan kereta ekonomi,
saya sebenarnya risih mendengar nenek, mungkin lebih pasnya jika disebut setengah nenek, yang
terus menerus menelpon entah siapa saja, dengan suara yang sesukanya seperti
dalam rumah sendiri. Kerabat (mungkin cucu-cucunya) yang bersamanya pun tampak
risi. ‘Kerelaan’ mereka yang duduk didekatnya membiarkan nenek itu tetap
berkicau, sepertinya sudah hafal betul kalau si nenek tak mungkin diberi
masukan agar tidak terlalu keras bicaranya. Maka menghela nafas dengan
sembunyi-sembunyi yang mereka lakukan.
Tidak ada yang penting semua yang aku dengar.
Hanya seperti tegur sapa seseorang dengan yang lain pada saat berpapasan. Tapi,
mungkin menjadi berbeda bagi si nenek itu. Ia nampak begitu sumringah berkabar
tentang dirinya yang sudah di kereta dalam perjalanan pulang. Entah pada siapa
saja yang bertempat entah di mana saja. Saya bayangkan, jika arah pembicaraan
pada seseorang yang berbeda-beda tempat itu digambarkan seperti gambar trayek
perjalanan kapal terbang, tentu akan banyak sekali arah, terburai seperti
benang dalam gulungan yang di potong.
Sebuah kebahagiaan yang murah dan tak perlu
banyak tenaga untuk mendaptkannya. Hanya berkabar biasa, Ia merasa lebih dekat,
merasa hadir di sana, merasa ada komunikasi yang terus dijaga, merasa sebagai
orang tua yang penuh perhatian. Mungkin tak terpikirkan oleh si nenek jika
mungkin saja ada beberapa orang yang sebenarnya sedang sibuk bekerja dan sedang
tak ingin menerima telepon, dan itu menjadi hal yang tak disukainya. Tak
terpikirkan dan tak terpedulikan tentang hal itu, mungkin. Nenek itu juga terus
bertutur kalau nanti kereta sudah sampai tujuan, tak perlu dijemput dan akan
naik becak saja, untuk bagi-bagi rejeki ke tukang becak. Ia juga selalu
mengatakan kalau naik becak, atas saran si anu (saya lupa Ia menyebut nama
siapa) yang kedengarannya salah satu anaknya. Ide naik becak itu kedengarannya
juga seperti sebuah penemuan brilian dan perlu banyak orang di sekitarnya yang
harus diberi tahu.
Dan di tempat duduk lain, anak-anak muda juga
tidak mau kalah berkabar tentang hal-hal kecil bahkan sepele kepada semua
jejaring sosialnya. Ada yang di facebook, di twitter, di g+, whatsApp, BBM.
Bahkan anak-anak muda malah lebih ‘atraktif’ meng-Update statusnya. Hanya
sedang duduk tak apa-apa pun, dikabarkan. Hanya mau naik kereta, tak lupa pintu
kereta di foto untuk diunggah dengan ditambahi tulisan-tulisan. Sekedar
persiapan bepergian pun tak lupa menjadi status. Apa saja yang dilakukan atau
melihat apa saja, harus banyak orang tahu. Seolah update status menjadi hal
yang tak boleh sedikitpun terlewatkan. Segelas minuman pun diunggah dan
ditambahi tulisan tentang minuman tersebut dan kemudian bisa menjadi sebuah
pembahasan yang panjang karena muncul komentar-komentar yang saling bersahutan.
Kadang komentar itu sangat tidak nyambung atau beralih di tengah jalan ke
pembahasan lain. Nampaknya itu menjadi sebuah kesenangan di kalangan anak muda
dan tak sedikit orang tua. Menjadi sebuah kebanggan atau kesenangan jika apa
yang dilakukan dirinya diketahui oleh begitu banyak orang, apalagi jika
kemudian banyak orang yang berkomentar di update status-nya. Seolah mereka
begitu perhatian yang menyebabkan merasa banyak teman dan banyak orang di
sekitar yang peduli. Biaya murah untuk berkomunikasi ternyata telah menyita
telah begitu banyak menyita waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk hal yang
lebih berguna. Sebagian orang memanfaatkan jejaring sosial sebagi lahan untuk
berbisnis dengan mengiklankan dagangannya lewat update status. Ini sebuah
peluang dengan biaya murah, tinggal bagaimana para calon konsumen bisa yakin
dengan barang dagangan yang ditawarkan.
Kemudian saya teringat saat antri service sepeda motor di
sebuah bengkel, Seorang kakek, saya taksir usianya 70an, begitu ia telah
mendaftarkan sepeda motornya untuk diservice, Ia duduk di depan saya dan
langsung mengambil buku di tas kecilnya. Selanjutnya Ia tampak asik sekali
dengan lembaran-lembaran buku. Saya ngiri.
Orang sepuh memang seperti anak kecil, senang kalo diperhatikan.. :)
BalasHapus