Ini prestasi sepakbola Indonesia yang perlu saya catat agar dapat dibaca
di kemudian hari. Anak-anak muda usia dibawah 19 tahun berhasil mengalahkan Vietnam
dalam final Piala AFF. Sabtu, 22 September 2013. Dalam drama adu finalti
setelah 90 menit ditambah 30 menit perpanjangan waktu tak ada gol yang
tercipta. Menurut pembawa acara di tivi, Indonesia harus menunggu 22 tahun
untuk mendapatkan gelar juara di tingkat Asia tenggara di berbagai kelompok
umur dan berbagai kejuaraan. Berarti pada tahun 1991 Indonesia juara pada level
Asia Tenggara, dan saya merasa tak perlu tahu waktu itu dalam kejuaraan apa.
Saya lagi menikmati euforia kemenangan. Apalagi lawannya, Vietnam, bukan lawan
yang enteng. Kabarnya tim itu telah dibentuk 6 tahun yang lalu. Artinya sejak
mereka berusai 12 tahun telah dibentuk menjadi sebuah tim dan bermain bersama
dalam satu tim. Bermain bersama dalam satu tim tentu dikandung maksud agar
terjadi kekompakan, bersatu rasa, memahami karakter permainan setiap pemain,
mengerti setiap gerakan temanya dan digadang-gadang dapat melibas seluruh lawan
yang dijumpai. Nyatanya militansi pemain-pemain Vietnam yang bergerak cepat
dapat diimbangi oleh pemain-pemain Indonesia yang cepat dan penuh rasa
patriotik. Ball position di akhir laga pun 51-49 untuk Indonesia.
Sebagai penggemar sepakbola, sangat wajar jika saya ameneteskan air mata
bangga dan jiwanya merasa ada di sana ikut berjuang memenangkan pertandingan
itu. ‘Meski’ baru level Asia Tenggara, ini menjadi sebuah pelepas dahaga dan
pondasi harapan untuk ke level yang lebih tinggi serasa semakin dekat. Saya
juga berdo’a semoga tak ada lagi perpecahan di tubuh PSSI yang menimbulkan
kesemrawutan dan miskin prestasi. Indonesia banyak talenta muda yang bisa
diasah dan bisa mengangkat nama Indonesia dalam sepak bola Dunia. Jika negara
Brasil yang perekonomiannya tak jauh beda dengan Indonesia bisa menghasilkan
pemain-pemain tingkat dunia dan negaranya telah beberapa kali juara dunia dan
selalu masuk putaran final piala dunia, kenapa Indonesia tak bisa seperti
Brasil. Apa memangkarena Brasil telah ditakdirkan menjadi tempat lahir para pemain top dunia atau karena penataan
sepak bola-nya bagus. jika iya, keanap kita tak berguru padanya.
Sepakbola telah menjadi industri yang menguntungkan. Jika Indonesia bisa
melahirkan pemain-pemain top dunia, akan berpengaruh terhadap industri sepak
bola Indonesia dan akan mempengaruhi perekonomian secara makro. Ah, ini mimpi
akibat sebuah kemenangan yang terus membuai pkiran.
Saya sendiri sering memaki-maki
pengamat sepakbola di tivi jika tim Indonesia bermain dengan tim luar negeri.
Sepanjang permainan, jika dalam kondisi kalah, terus menerus mencerca,
mengejek, dan menyalahkan organisasi permainan, seolah dia lebih pintar meracik
pemain dan strategi dari pelatih dan seperti merasa lebih pintar bermain bola
ketimbang pemainnya. Kemudian jika Indonesia unggul dengan mudahnya berbalik
memuji.
Saya berharap sepak bola Indonesia tak lagi ditumpangi oleh orang tak
tahu malu yang katanya ingin memajukan sepakbola Indonesia, nyatanya nyari
keuntungan semata dalam mengurusi sepak bola.
Saya masih di sana, menkmati
kemenangan yang terasa begitu indah tak kenyang-kenyang mereguk aroma
kemenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar