Tentang Bali, aku sangat
tertarik karena di berbagai gambar, -di kalender, di koran-koran, di
majalah-majalah, di berita-berita, sangat menakjubkan. Juga teringat lagunya
Slank Terimakasih Baliku, yang bercerita tentang terimaksihnya untk budaya dan
alam, tentang cantik gadismu dan kerasnya arak Bali. Keterpaduan unik membuat
penasaran.
Teringat juga
tentang Bom Bali yang menggemparkan dunia. Bekas lukanya yang menganga terus
menyelimuti langit Bali. Sebuah idealismen kepercayaan berusaha untuk
mengahancurkan idealisme kepercayaan lain, dan korban jiwa berjatuhan. Bumi
retak-retak luka. Hati teriris bertemu ujung dengan tetesan air mata di bawah
jantung yang berdegup tak bernada. Mulut-mulut gemeretak mencerca. Dan api
segera padam berembus bersama angin lewat celah jendela di dada yang menerima.
Suatu ketika. Aku
sambangi Bali. Elok, sayang sampah masih seperti di tempat lain. Disepanjang
jalan yang kanan-kirinya rimbun rerumputan dan pohon liar, mataku selalu
berbinar. Benda-benda budaya menyambut sepanjang hari tak terputus.
Relief-relief melambai-lambai seperti tangan penari Bali dengan ujung
ujung-ujung jari berkuku rapi dan tatapan tajam seperti bulat bulan purnama.
Lenggok lehernya bergerak lincah seperti ular mematuk mangsa. Bercerita tentang
alam, bercerita tentang budaya, bercerita tentang kekuasaan Sang Pencipta. Di
samping pintu masuk dan pintu keluar kasir-kasir toko menghitung uang. Di
dalam, para pelayan berstrategi menyakinkan pembeli. Di perjalanan ke lokasi
lain, agen perjalanan telah hafal di mana harus berbelok agar isi dompet tak
sama tebal ketika pulang.
Temanku lagi di
Bali. Menghiasi Bali dengan rerimbunan beton. Memasang benda-benda perusak
ozon, membuat ruang tempat budaya-budaya asing beranak pinak dengan membawa
dollar yang dipasang di ujung kail bermata jangkar. Burung-burung besi raksasa
terbang datang pergi silih berganti. Membawa telur-telur budaya dari seantero
dunia. Menyeruput madu pada bunga-bunga yang tumbuh berseri sepanjang hari.
Membuahi putik-putik kembang di bukit-bukit yang selalu ramah, selalu
tersenyum.
Tak kutanya kapan
temanku pulang. Serangkain cerita tentang Bali yang aku nanti. Tentang
pergerakan budaya. Tentang pintu terbuka yang menengadah langit. Tentang
pagar-pagar yang terus ditumbuhi tumbuhan lain. Aku kangen cara temanku
bertutur. Dari sisi pikirnya.
Bali. Gambar
petanya tergambar di otakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar