19 Des 2012
Aku selalu berdo’a.
berharap.
Semua orang yang
percaya adanya Tuhan pasti pernah berdo’a. Do’a dipanjatkan agar keinginan yang
dicita-citakan tercapai. Berharap agar Tuhan dengan kuasanya membantu segala
keinginan si pemohon. Kadang do’a juga sering sebagai bentuk keluh kesah
tentang segala hal yang tak terpenuhi secara duniawi. Berharap ada kekuatan dan
kekuasaan lain yang dilimpahkan dari Yang Maha Kuasa.
Setiap individu
mempunyai kepentingan masing-masing. Maka do’a yang dipanjatkan pun berbeda
terkait dengan harapan yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang. Atau
juga berharap segala apa yang telah terjadi dapat menyokong keberhasilan. Tanpa disadari, kadang do’a berbenturan dengan
kepentingan dan keinginan orang lain.
Jika seorang dokter berdo’a agar selalu diberi rejeki, maka ada yang ‘dirugikan’
dengan do’a si dokter yang berharap ada pasien. Jika si calon pasien selalu
berdo’a agar diberi selalu kesehatan, itu sama juga berharap dokter tidak
selalu mendapat rejeki. Jika dua tim sepakbola mau bertading dan masing-masing
tim berdo’a agar mendapat kemenangan, Tuhan akan mengabulkan do’a tim mana? Jika
dua petinju tangguh yang akan saling bertinju, sama-sama berdo’a, Tuhan akan
mengabulkan do’a siapa?
Tuhan sangat obyektif. Dia tahu segala yang akan datang dan hal apa saja
yang terbaik bagi kita di masa yang akan datang. Karena kita tak pernah tahu
hal apa yang akan terjadi terhadap kita di masa datang, ini menjadi sering kita
menyesali diri apa yang terjadi pada saat ini. Yakin akan segala pilihan Tuhan
yang ditimpakan pada kita, akan memberi hati yang tidak kemrungsung. Tidak selalu menyalahkan nasib kita yang terus dirasa
kurang beruntung. Berdo’a agar Tuhan memberi yang terbaik untuk kita, untuk
jiwa, untuk raga, untuk pikiran, untuk pola hidup dan untuk masa di depan yang
kita tak tahu, tak perlu memohon yang sebenarnya belum pas untuk kita saat ini.
Jika berdo’a agar kesalahan, kecurangan dan kebusukan agar terus tak
ketahuan hanya akan menyiksa selama kebusukan itu masih tertutup. Ia akan terus
berdusta untuk menutupi kebusukan dan dusta berantai tak terputus.
Orang yang berdo’a, itu menunjukkan bahwa ia percaya ada kekuatan lain
yang maha Kuasa untuk merubah dan menentukan sesuatu pada alam dan seisinya. Jika
seorang yang atheis berdo’a berarti ia mengakui ada kuasa Tuhan yang mempunya energi
dan kuasa yang mutlak untuk merubah atau tidak merubah sesuatu. Ia tak mengakui
adanya Tuhan, lebih karena didorong rasa egoisnya dan keangkuhan yang dilandasi
alasan-alasan yang mengarah pada pola atheis-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar