Demokrasi cedera? Cedera itu jika
berbentuk fisik. Demokrasi itu sebuah sistem dalam bernegara yang saat ini
dianggap paling baik dalam bernegara. Paling baik bagi Negara Indonesia, atau
bagi para pendukung demokrasi. Jika kemudian ada ungkapan mencederai demokrasi,
itu artinya demokrasi menjadi tidak normal karena ada sesuatu tindakan yang
membuat demokrasi cedera.
Normalnya demokrasi itu kayak apa
si? Jika semua pelaku politik dan rakyat berlaku jujur, baik dan sesuai aturan
yang telah disepakati bersama dalam perebutan kekuasaan dan pemanfaatan
kekuasaan, mungkin itu yang disebut demokrasi yang sesuai dengan pengusung
demokrasi. Teori demokrasi itu pasti baik, karena dibikin oleh orang yang sadar
dan waras dalam kondisi tidak berkepentingan dengan kekuasaan, dengan berangan-angan
bahwa kekuasaan itu sebagai amanah yang harus dijalankan dengan baik tanpa
memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya.
Dalam perebutan kekuasaan di
dunia demokrasi, harus ada dukungan dari pemilih. Si pemilih mau mendukung
peserta perebut kekuasaan jika ada yang menguntungkan bagi dirinya, bagi keluarganya,
bagi kelompoknya. Persepsi menguntungkan menjadi perdebatan karena semua orang
punya pendapat dan keinginan pada proses perebutan kekuasaan yang berbeda-beda.
Sesuatu akan terasa adil jika menguntungkan bagi dirinya sendiri. Walaupun jika
ia berada di luar, sesuatu tindakan yang terasa tidak adil, jika ia diuntungkan
akan menikmatai dan membela sebuah ketidakadilan itu.
Dalam demokrasi, pemilh menjadi
unsur sangat penting. Undang-undang dan peraturan lain menjadi pendukung untuk
menghimpun pemilih supaya terpikat atau terpaksa memilih karena ada ancaman
lain jika tidak memilih pada salah satu kontestan dalam perebutan kekuasaan. Para
perebut kekuasaan akan mencari cara agar dalam pemilihan umum mendapat suara
terbanyak. Satu orang satu vote, tak peduli dengan ketokohan, kepintaran,
kekayaan, jabatan. Sama dan satu suara.
Dalam politik, perebutan kekuasan
itu hanya dua kemungkinan; menang atau kalah. Perkara setelah nanti kalah
kemudian bergabung dengan si pemenang dengan agar tetap mendapat kekuasaan,
dengan alibi demi persatuan dan kesatuan negara, itu soal lain. Dalam bertempur
di pemilu, apa saja akan dilakukan supaya mendapat suara terbanyak. Apapun,
baik atau tidak baik. Mencari simpati, pencitraan, intimidasi, menjatuhkan
lawan, menyebar hoax, memfitnah. Semua perangkat yang bisa dikendalikan akan
dimanfaatkan untuk memperoleh suara. Yang tidak mendukung pun akan diupayakan
supaya bisa memilihnya. Mereka melepas norma demokrasi, norma sosial dan norma
hukum. Mendapat suara terbanyak menjadi tujuan tunggal. Aturan-aturan yang bisa
menghalangi dan menghambat diakali agar bisa menguntungkannya. Yang ada di
pikiran mereka, jika tidakmendapat suara terbanyak berarti kalah, dan kalah bukan
sesuatu pilihan.
Para politikus selalu
mempertimbangkan menang dana kalah. Jika dalam perebutan kekuasaan mereka
berperilaku sesuai dengan ‘keinginan’ demokrasi dan itu membuatnya jadi kalah,
mereka akan mengesampingkan koridor demokrasi. Demokrasi itu catatan di buku
yang disimpan di lemari buku di belakang meja kerjanya sebagai pajangan. Semua alat
untuk memperoleh demokrasi di seting supaya memperoleh suara terbanyak. Perilaku
dan kalimat-kalimat pemikat disusun supaya para voter percaya sampai hari H
pemilihan dan memilihnya.
Para pengusung demokrasi
berkeinginan demokrasi berjalan sesuai dengan teori. Mereka beranggapan jika
demokrasi berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan pemerintah yang
menjalankan pemerintahannya dengan baik dan semua komponen negara berjalan pada
fungsinya masing-masing. Mereka hanya bisa berteriak jika ada yang salah atau
tidak sesuai dengan yang mereka impikan. Ada yang peduli, ada yang apatis, ada
sekedar menyimak, ada yang cuek. Apakah betul demokrasi sebuah sistem terbaik
dalam menyusun pemerintahan dalam sebuah negara?
Demokrasi terbaik? Jika di sebuah
wilayah pemerintahan, warganya sebagian besar para penjahat, kemudian dalam
sebuah pemilihan kepala daerah si ketua penjahatnya yang menang, di situ apakah
demokrasi itu baik? Tapi, baik atau tidak baik juga subyektif.
Wnj, 11:35 21.09.2024