Label

Sabtu, 29 Maret 2025

ANCAMAN

Tak ada orang di dunia ini yang suka jika diancam, diteror, ditakut-takuti. Semua ingin merasa nyaman dengan rasa nyaman itu tak ada yang mengusik kapanpun dan di manapun. Semua ingin menciptakan dan merawatnya setiap saat rasa nyaman yang telah didapatnya.

Dan, kenyamanan itu bisa saja ada orang lain yang merasa kurang nyaman jika ada orang nyaman di suatu tempat. Ada yang merasa senang jika menguasainya dan rasa nyaman itu berpindah pada dirinya. Ia akan senang jika berhasil menguasai kenyamanan orang lain.

Berawal dari ingin menguasai dan mengambil kenyamanan orang lain, muncullah pertentangan antar pihak yang ingin menguasai dan mempertahankan. Pamer kekuatan pun muncul. Segala cara untuk menang dilakukan oleh masing-masing pihak. Semua merasa paling berhak untuk menggapai keinginannya. Kenyamanan menjadi terusik dan penikmat kenyamanan merasa terancam. Kenyamanan yang seharusnya menjadi tempat menikmati hidup berubah menjadi “peperangan” merebut nyaman, saling mengancam, saling mempertahankan.

Disisi lain, ancaman diperlukan. Orang yang sudah terbiasa di zona nyaman padahal dia dalam posisi tidak benar, akan merasa benar jika kondisi ‘benar’ yang sesungguhnya disodorkan padanya. Orang yang sudah lama membuat tempat tinggal dan menempatinya di bantaran sungai yang mengganggu kenormalan sungai, atau di tanah negara yang tidak diperuntukkan untuk tempat tinggal; jika diperintahkan untuk pindah, mereka akan merasa diusik, tidak dimanusiakan, merasa diancam dan menghiba untuk dibenarkan kesalahannya yang sudah lama. Seorang pekerja yang terbiasa kerja santai dan sesukanya, jika ditegur dan diancam akan dipecat, ia akan merasa diperlakukan tidak baik dan kesalahannya yang sudah ia lakukan terlupakan. Mereka cenederung memepertahankan diri dengan menganalogikan kondisi lain disekitarnya. Mencari pembenaran diri untuk kesalahannya dengan mencari kesalahan lain disekitarnya atau pada person yang memberi ancaman.

Ancaman diperlukan pada saat kondisi tidak baik jika dibiarkan terus menerus, supaya lahir kenyamanan untuk situasi dan kondisi yang lebih besar.

                                                                                                                                                                                                                                Wnj, 11:36 29032025 

Minggu, 23 Maret 2025

DIJUAL TANAH

Setahu saya, sampai saat ini tidak ada manusia yang bisa menciptakan tanah tempat kita berpijak, mendirikan rumah dan beranak pinak. Tanah terbentuk secara geologis selama jutaan tahun. Tidak ada manusia yang bisa merekayasa menciptakan tanah baru, yang ada hanya memodifikasi tanah yang sudah ada menjadi lebih subur atau lebih tepat untuk kepentingan kegiatan manusia.

Pada jaman kerajaan kuno, tanah dianggap sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dihormati dan dikelola bersama untuk kemakmuran bersama. Hukum adat menjadi dasar pengaturan pemanfaatan tanah dengan prinsip kearifan lokal yang berlaku di situ. Kemudian lambat laun bergeser menjadi kepemilikan individu. Dari kepemilikan yang tadinya kolektif berubah menjadi kepemilikan individu, melahirkan konflik sosial. Semua merasa punya hak untuk memiliki sesuai dengan keinginan, lokasi dan posisinya. Maka, timbullah syarat-syarat kepemilikan tanah yang diakui secara bersama dan dianggap sah dan harus diakui oleh penguasa yang berkuasa secara sah dan diakui oleh rakyat.

Hak milik atas tanah, menjadikan orang boleh membangun gedung, menanam pohon atau membuat sesuatu diatasnya. Hak itu diakui oleh masyarakat sekitar dan negara. Jika ada seseorang yang karena kekuatannya mengambil paksa kepemilikan tanah dari orang yang sebelumnya memiliki, kemudian masyarakat sekitar tidak peduli dan negara membiarkan, bisa saja hak milik itu berpindah tangan. Apalagi jika orang kuat itu kemudian dengan cara apapun melengkapi syarat-syarat kelengkapan tanah.

Kepemilikan tanah itu hanya karena kebaikan masyarakat sekitar yang mengakuinya dan negara tidak mempermasalahkan. Jika ada banyak tulisan terpampang, dijual tanah tanpa perantara, sejatinya yang ditawarkan dijual itu hak kepemilikan atas tanah tersebut. Kita tidak bisa memindah tanah tersebut ke tempat lain. Karena tidak bisa dipindah itulah, harga tanah berbeda-beda meski bahan dasar tanah dimanapun sama. Tanah mejadi punya nilai ekonomis tinggi jika di kota besar atau ditempat keramaian yang dianggap menguntungkan jika dibuat usaha ekonomis. Nilai jual tanah ditentukan oleh lokasi yang dipengaruhi oleh banyak tidaknya orang beraktivitas dan membelanjakan uangnya.

Jika semua orang tidak mengakui hak kepemilikan atas tanah dan penguasa tidak bisa mengendalikannya, apakah ada orang yang menuntut punya hak milik atas tanah padahal selain dia tidak ada orang yang mengakui hak kepemilikan atas tanah.   

                                                                                                                                                                                                                                                Djayim, 23032025 22:12 

Kamis, 23 Januari 2025

KEYAKINAN ITU MENAKUTKAN, MEMBANGUN DAN MERUSAK.


Merasa yakin tentang sebuah kebenaran, akan menutup kebenaran dari sumber lain. Semakin tebal rasa keyakinan itu, semakin menutup keyakinan lain yang ada di sekitar atau di dunia lain, yang tidak seperti keyakinannya akan dianggap salah. Dalam sebuah kelompok yang berkeyakinan sama, mereka akan saling bahu membahu melestarikannya, membangun secara fisik dan mental agar kelompoknya semakin kuat dan besar. Melupakan perbedaan kecil jika masih dalam satu lorong besar keyakinannya.

Menjadi permasalah jika keyakinannya berbeda dan menganggap yang ‘salah’ adalah bukan teman dan dikelompokkan seperti musuh, bahkan dianggap pahlawan jika ada yang bisa mengalahkan atau menyingkirkan orang-orang yang tidak se-keyakinan. Mempertahankan keyakinan bahwa ia dan kelompoknya lebih baik dari yang lain kadang dibuktikan dengan kekuatan fisik, kekerasaan, pemaksaan kehendak kelompok lain untuk mengakuinya.

Keyakinan merasa lebih baik dari kelompok lain bisa berupa; agama, ras, golongan, partai politik, kasta, keturunan. Pada pengelompokan kasta dan keturunan, masih banyak yang mengakuinya bahwa terlahir dengan kasta dan keturunan tertentu sudah menjadi takdir yang tak bisa ditolak. Bagi kasta rendahan, mereka hanya bisa berupaya untuk lebih baik dari kasta yang mau tidak mau sudah disematkan pada hidupnya sejak lahir. Mereka bisa lepas dari kutukan itu jika keluar dari adat tersebut. Ia bisa saja punya perekonomian lebih baik atau lebih kaya dari kasta-kasta di atasnya, tapi titel kasta tak bisa dilepaskan jika Ia masih dalam ‘rumah’ adat tersebut.

Rasa harus mempertahankan keyakinan, menjadi tunas sebuah konflik antara keyakinan lain yang berbeda, yang satu sama lain merasa berkeyakinan paling baik dariapada keyakinan kelompok lain. Memasukan pada ruang pikir bahwa perbedaan itu hal biasa karena perbedaan latar belakang dan landasan berpikir yang berbeda-beda setiap orang, sangat sulit dan harus berhati-hati jika ingin berhasil. Rasa selalu ingin membanggakan tentang keyakinannya menutup pintu pikir jika di sisi lain ada juga orang yang berpikir sepertinya dengan berbagai argumen untuk memperkuat rasa bangganya.

Beradunya pikiran tentang lebih baik keyakinannya dari yang lain dan mempertahankannya adalah sebuah kehormatan, melahirkan jiwa pahlawan untuk bertarung secara fisik jika ada yang melukai keyakinannya. Tak jarang timbul terjadinya bentrok fisik dan bentrok verbal antar kelompok yang berbeda keyakinan pada kelompok perguruan beladiri, politik, agama dan adat. Tak terkecuali juga perseteruan karena perbedaan aliran dalam “rumah” satu agama. Saling merasa berkeyakinan paling baik, melahirkan berbagai argumen yang argumen itu ditopang oleh argumen lain untuk memperkuat keyakinannya. Mereka bertengkar diberbagai platform dan pertengkaran itu melahirkan kreatifitas berargumen. Mengelola pertengkeran verbal supaya tidak berlanjut menjadi pertengkaran fisik, memerlukan pembujukkan yang menyejukkan dengan tidak menimbulkan ketersinggungan.

Perang yang sedang dan telah terjadi di dunia, timbul karena keyakinan yang berbeda di masing-masing pihak. Timbul rasa bangga jika dapat mengalahkan orang lain yang telah dijadikan musuh karena perbedaan keyakinan dan tidak mau ikut kehendaknya. Perang dengan penuh tega melupakan rasa manusiawi. Mengalahkan musuh lebih penting dari hal apapun. Keyakinan, akan terus mendukungnya untuk mengalahkan, menghancurkan dan melenyapkan keyakinan lain. Keyakinan menjadi alat penting untuk saling membunuh dan saling mempertahankan.

Wnj, 06:20 23012025


Minggu, 17 November 2024

INDONESIA vs JEPANG 0 : 4


Mengharap Indonesia menang dari Jepang dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia zona Asia group C, sepertinya sebuah mimpi yang harus mengesampingkan kemampuan pemain-pemain Jepang yang sudah tujuh kali ikut masuk dalam ajang Piala Dunia. Piala Dunia bidang sepak bola. Kita seperti sudah yakin arahnya, jika menyebut piala dunia pasti tentang olah raga sepak bola. Berbondong-bondonglah para pendukung Timnas. Mereka berharap, semangatnya para penonton bisa menular kepada para pemain yang berlaga di lapangan. Teriak-teriakan mereka bisa merasuk dalam jiwa para pemain sehingga muncul kekuatan baru yang bisa menghancurkan kekuatan Jepang. Berharap bisa menjadi pemain ke dua belas yang lebih dari dua puluh dua pemain yang sedang bermain. 

Bola memang bundar, dan bola itu bundar yang sering menjadi sebutan bisa saja terjadi hal-hal yang di luar dugaan. Di luar perhitungan statistik dan catatan kemampuan para pemain. Banyak faktor yang untuk memperoleh kemenangan dari sebuah pertanding sepakbola. Faktor-faktor itu diramu sehingga menjadi saling mendukung untuk sebuah kemenangan. Ramuan kekuatan dan strategi dalam pertandingan bisa kalah oleh sebuah keberuntungan yang tak terduga. Keberuntungan itulah yang sering disambungkan dengan istilah bola itu bundar.

Di pertandingan tanggal 15 Nopember 2024, Indonesia membawa ‘bola itu bindar’ untuk melawan Jepang. Para pemain Jepang yang banyak bermain di liga Eropa dan sering bergabung bersama-sama dalam pertandingan, melawan tim Indonesia yang masih belum match karena beberapa pemain masih baru masuk tim dari proses naturalisasi, menjadi tak terbendung meski main di kandang Indonesia. Semangat yang tinggi dan pantang menyerah menjadi tambahan bagi Jepang untuk meraup kemenangan. Dan empat gol tanpa balas sepertinya bukan hasil dari ekstra kerja keras. Mereka membuktikan dominasinya di Asia dan kesiapan masuk piala dunia sudah disusun dengan baik. Jepang bertengger di puncak klasemen dan Indonesia terpuruk di dasar klasemen. Menyedihkan bagi para pecinta sepak bola, meski masih ada opsi peluang untuk lolos.

Indonesia Usia Muda.

Jika menonton para pemain Indonesia dibawah usia 20, kita sepertinya punya harapan besar. Dari jamannya Evan Dimas sampai sekarang pun, Indonesia masih baik di tingkat Asia. Tapi, entah kenapa ketika masuk tim senior, kehebatan mereka ketika masih remaja tidak terbawa. Seperti ada tangga  pemisah yang membuat kehebatannya hilang dan hilang terlalu dini. Mereka juga pasti menyadari, tapi kesadarannya tak cukup untuk menjadi tetap hebat. Atau bisa jadi masa keemasan pemain kita saat dibawah usia dua puluhtahun sedangkan masa emas pemain negara lain ketika sudah diatas usia duapuluh tahun. Atau para pemain kita sudah merasa cukup penghasilan dengan bermain di liga Indonesia sehingga malas untuk terus menerus berlatuh mengasah kemampuan. Berlatih terus menerus yang membosankan.

Dulu, saya orang yang tidak setuju dengan naturalisasi pemain sepakbola. Meski mereka masih ada darah Indonesia, sepertinya lebih bangga jika kita menang dengan para pemain lokal produk dari Indonesia sendiri. Tetapi harapan-harapan untuk memperolah kemenangan dan mnejuarai sebuah even pertandingan, berakhir dengan kecewa. Sampai kemudian saya menjadi setuju dengan naturalisasi pemain dan hasilnya cukup menggembirakan meskipun belum memuaskan. Saya berharap dengan adanya pemain naturalisasi, para pemain asli Indonesia menjadi semangat untuk meningkatkan kemampuannya sehingg bisa bersaing menjadi pilhan mewakili Indonesia.

Harapan selalu ada. Semangat Jepang bisa menjadi contoh untuk dipelajari dan dikembangkan di negara kita dengan landasan budaya dan semangat pantang-menyerahnya Indonesia. Jepang adalah negara yang pernah hancur dan kemudian berjingkat bangun segera bangkit menjadi negara maju yang masih terus menjaga tradisi nenek moyang. Dan dengan karakter semangatnya kita, suatu saat nanti Indonesia akan bisa mengalahkan Jepang di kandangnya lebih dari 4 : 0

Sepakbola Indonesia akan menjadi maju yang akan menjadi lawan berat negara manapun jika benar-benar mempersiapkan seluruh potensi menjadi pemain sepakbola yang berkarakter baik, penuh semangat, pantang menyerah dan ingin selalu menjadi terbaik.

Kenapa perbincangan harus sepakbola?

djayim, 22:48 17.11.2024

Senin, 30 September 2024

BETERNAK KEKUASAAN

Kekuasaan itu mengasyikkan, nikmat dan candu. Memanfaatkan kekuasaan yang sudah diperolehnya menjadi keasyikan tersendiri. Keasyikan yang terus berubah setiap saat dan setiap kesempatan. Keasyikan yang didamba semua orang pemburu kekuasaan. Jika kekuasaan tak mempunyai keasyikan, tak ada orang yang mau berburu dan berebut kekuasaan. Ia candu yang bisa melupakan segalanya. Melupakan norma-norma di sekitarnya. Mempertahankan, memanfaatkan kekuasaan dan memperoleh kemenangan menjadi menjadi keasyikan yang terus menerus dinikmati. Menjadi hobi.

Sebuah kesenangan tak begitu saja di tinggalkan, tak akan di buang. Jika memperolehnya dengan susah payah dan berdarah-darah, kenapa harus mudah melepaskannya demi apapun alasannya. Tak peduli alasan tentang kebaikan-kebaikan yang disarankan para pengamat dan para penonton. Mereka juga ingin berkuasa, ingin kekuasaan berada ditangannya.

Mempertahankan kekuasaan juga sebuah keasyikan. Memperolehnya juga mengasyikan. Dua-duanya bisa berjalan bersama supaya selama hidupnya kekuasaan tetap berada padanya, dan atau berada pada orang-orang di sekelilingnya supaya ia tetap berkuasa meski sudah tidak pada kursi utama kekuasaan. Untuk itu, membangun jaringan kekuasaan harus dibuat sebelum waktu dan aturan membatasi. Dibangun dengan cara apapun, memanfaatkan seluruh alat yang bisa dimanfaatkan.

Kekuasaan diperlukan jaringan. Jaringan kekuasaan tidak cukup satu dua kelompok yang tunduk padanya. Diperlukan banyak sekali orang dan kelompok-kelompok yang mendukungnya. Orang dan kelompok yang juga sedang membangun kekuasaan untuk mencari waktu yang tepat supaya kekuasaan berada pada genggaman tangannya. Mereka beternak jaringan kekuasaan. Saling terkait dan mencari waktu yang tepat untuk merebutnya. Mereka yang tergabung dalam lingkaran penguasa, juga sedang beternak kekuasaan agar menjadi penguasa utama, bukan sekedar ikut menumpang berkuasa. Mereka membangun bersama, bersama anak, sanak family, teman, karib. Mereka terus menerus beternak supaya kekuasaan tetap berada dalam lingkaran saudaranya, dalam lingkaran orang-orang dekatnya. Tak ada dari para peternak kekuasaan yang dengan rela menghibahkan kekuasaan pada orang lain yang ia sendiri menjadi samasekali tak berpengaruh dalam dinamika kekuasaan. Para peternak kekuasaan itu akan beternak terus menerus supaya anak, cucu, cicit dan semua garis keturunannya dapat berkuasa.

Mereka beternak dengan memikat rakyat, dengan bermanis-manis, berjanji, berbohong, merayu, bercitra baik, mengemis, mengelabui. Semua dilakukan. Mengesampingkan norma-norma yang masih dianggap berlaku. Karena kekuasaan itu nikmat. Memperolehnya pun nikmat.

Wnj.23:47 30.09.2024

Sabtu, 28 September 2024

KOTAK KOSONG

kotak kosong
Menyodorkan satu pasangan calon, seperti memberi pilihan “paksaan”. Jika kau tak memilih calon tunggal, akan banyak biaya dan waktu yang terbuang bila kotak kosong yang menang. Demokratis kah? Tergantung dari perspektif mana menjawab pertanyaan itu.

Kotak kosong juga pilihan. Memilih kotak kosong tidak menyalahi aturan, suaranya sah. Mengkampanyekan kotak kosong juga tidak menyalahi aturan yang ada. Hanya saja yang mengkampanyekan kotak kosong harus siap dengan hukuman sosial terutama dari pendukung pasangan calon yang ada (bukan kotak kosong). Dan hukuman sosial semacam itu rasanya akan lebih berat dan tebal dibanding saat pilkada ada lawannya. Meski pada dunia politik, saling menghujat menjadi hal lumrah dan tak bisa dihindari. Saling curiga, sengaja curiga, mengarahkan orang lain untuk tidak berpandangan yang baik pada lawannya terus ditebarkan sampai batas waktu ditentukan pemenangnya.

Kenapa calon tunggal? Bukankah banyak sekali di wilayah itu orang yang berpotensi menjadi pemimpin selain calon tunggal itu? Itulah politik. Ada tawar menawar dan perhitungan untung rugi. Untung rugi secara kekuasaan dan finansial.

Para ketua partai politik pasti ingin punya kekuasaan di wilayahnya, ingin membangunnya dan mempertahankannya. Jika partai politiknya mengajukan calon dengan perhitungan berat untuk menang, Ia akan cara lain agar tetap eksis dalam ikut berkuasa. Berdampingan bersama tapi masih punya kekuasaan akan dirasa lebih nikmat ketimbang berebut kekuasaan dengan resiko kalah. Jika kalah, perlu muka tebal untuk bergabung dengan yang menang supaya mendapatkan kue kekuasaan selama lima tahun. Tawar menawar ‘kue’ menjadi lebih mahal jika pada posisi sebagai pecundang. Maka berkompromilah sebelum pertandingan untuk bersama-sama menikmati kekuasaan tanpa bersusah payah berebut dalam gelanggang pilkada.

Bisa jadi, pintarnya paslon tunggal melobi paslon lain yang kelihatan mau muncul menanantangnya. Ada deal-deal politik, transaksi politik di dalam ruang tertutup di meja makan dengan berbagai menu yang semuanya enak. “Sudahlah, nggak usah buang-buang biaya dan tenaga untuk pilkada ini, saya ganti semuanya kemungkinan biayamu jika mengajukan paslon. Kami manfaatkan bersama jika saya bisa menang melawan kotak kosong. Ini akan lebih bermafaat bagi kita disini dan bagi rakyat.”

Kotak kosong itu pilihan. Dan, kotak kosong menggiring kita pada sangkaan; ada apa di sana? Pertimbangan apa yang menguntungkan para politikus penentu kebijakan partainya.

Dan, jika partai kosong menang, itu bukan saja tidak suka dengan paslon tunggal yang disodorkan, tapi juga bentuk kekecewaan voter terhadap kondisi yang menyebabkan muncul calon tunggal. Demokratis kah itu? Sistem pemerintahan yang dianggap paling ideal, ternyata pilihan yang disodorkan kepada rakyat ditentukan oleh para pimpinan partai dengan pertimbangan untung rugi dari sudut pandangnya.

Kotak kosong itu pilihan juga. Yang kecewa bisa ditampung di kotak kosong. Yang tidak setuju dengan paslon yang diajukan bisa pilih kotak kosong. Yang abstain?

Wnj, 11:26 28.09.2024

Senin, 23 September 2024

DRAMA POLITIK

Selalu ada drama politik dalam kompetisi perebutan kekuasaan. Siapa yang menyebutnya drama dalam kejadian politik, mereka pasti terlibat secara emosi pada apa yang disebutnya drama. Disebut drama karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Seolah kejadian yang diharapkan adalah yang terbaik bagi negara dan semua rakyatnya. Seolah, jika para penguasa bertindak seperti pendapatnya, negara akan lebih baik dari sekarang.

Siapa yang menyebut drama politik? Mereka yang kaget atas perilaku politikus yang di luar prediksinya. Mereka berpikir, para politikus semua harus berperilaku dalam koridor yang sesuai dengan pemikirannya. Mengapa harus kaget dengan perilaku politikus? Bagi mereka yang mendukung para ‘pembuat’ tidak akan kaget dan menyebut tindakan itu sebagai manuver cantik politik.

Perubahan arah keputusan dalam politik sebuah hal yang sangat lumrah. Memilih kawan dan lawan bisa berubah-rubah sesuai dengan prediksi dan tafsir masing-masing politikus untuk memperoleh keuntungan dan mendukung tujuannya memperoleh kekuasaan. Norma sosial dan norma kepatutan menjadi dikesampingkan. Norma hukum diakali agar lepas dari jeratan hukum meski dengan cara-cara yang memalukan. Karena, kalah lebih memalukan dan menyakitkan dari pada menghindari malu dalam bertanding.

Tak ada drama politik yang sesungguhnya jika dilihat dari kacamata “politik” yang memang tujuan utamanya adalah mendapatkan kemenangan. Kalah itu bukan pilihan. Kalah itu keadaan yang harus diterima ketika pertandingan telah berakhir. Siap kalah itu jika sudah tak bisa lagi berupaya untuk menang meski dengan berbagai cara. Sebelum kalah itulah semua dilakukan. Dan yang tak suka dengan caranya itulah yang menyebut tindakannya sebagai; drama politik. Dan si pelaku tak menyebutnya demikian.

Wnj, 12:56 23.09.2024

Sabtu, 21 September 2024

MENCEDERAI DEMOKRASI

 


Demokrasi cedera? Cedera itu jika berbentuk fisik. Demokrasi itu sebuah sistem dalam bernegara yang saat ini dianggap paling baik dalam bernegara. Paling baik bagi Negara Indonesia, atau bagi para pendukung demokrasi. Jika kemudian ada ungkapan mencederai demokrasi, itu artinya demokrasi menjadi tidak normal karena ada sesuatu tindakan yang membuat demokrasi cedera.

Normalnya demokrasi itu kayak apa si? Jika semua pelaku politik dan rakyat berlaku jujur, baik dan sesuai aturan yang telah disepakati bersama dalam perebutan kekuasaan dan pemanfaatan kekuasaan, mungkin itu yang disebut demokrasi yang sesuai dengan pengusung demokrasi. Teori demokrasi itu pasti baik, karena dibikin oleh orang yang sadar dan waras dalam kondisi tidak berkepentingan dengan kekuasaan, dengan berangan-angan bahwa kekuasaan itu sebagai amanah yang harus dijalankan dengan baik tanpa memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya.

Dalam perebutan kekuasaan di dunia demokrasi, harus ada dukungan dari pemilih. Si pemilih mau mendukung peserta perebut kekuasaan jika ada yang menguntungkan bagi dirinya, bagi keluarganya, bagi kelompoknya. Persepsi menguntungkan menjadi perdebatan karena semua orang punya pendapat dan keinginan pada proses perebutan kekuasaan yang berbeda-beda. Sesuatu akan terasa adil jika menguntungkan bagi dirinya sendiri. Walaupun jika ia berada di luar, sesuatu tindakan yang terasa tidak adil, jika ia diuntungkan akan menikmatai dan membela sebuah ketidakadilan itu.

Dalam demokrasi, pemilh menjadi unsur sangat penting. Undang-undang dan peraturan lain menjadi pendukung untuk menghimpun pemilih supaya terpikat atau terpaksa memilih karena ada ancaman lain jika tidak memilih pada salah satu kontestan dalam perebutan kekuasaan. Para perebut kekuasaan akan mencari cara agar dalam pemilihan umum mendapat suara terbanyak. Satu orang satu vote, tak peduli dengan ketokohan, kepintaran, kekayaan, jabatan. Sama dan satu suara.

Dalam politik, perebutan kekuasan itu hanya dua kemungkinan; menang atau kalah. Perkara setelah nanti kalah kemudian bergabung dengan si pemenang dengan agar tetap mendapat kekuasaan, dengan alibi demi persatuan dan kesatuan negara, itu soal lain. Dalam bertempur di pemilu, apa saja akan dilakukan supaya mendapat suara terbanyak. Apapun, baik atau tidak baik. Mencari simpati, pencitraan, intimidasi, menjatuhkan lawan, menyebar hoax, memfitnah. Semua perangkat yang bisa dikendalikan akan dimanfaatkan untuk memperoleh suara. Yang tidak mendukung pun akan diupayakan supaya bisa memilihnya. Mereka melepas norma demokrasi, norma sosial dan norma hukum. Mendapat suara terbanyak menjadi tujuan tunggal. Aturan-aturan yang bisa menghalangi dan menghambat diakali agar bisa menguntungkannya. Yang ada di pikiran mereka, jika tidakmendapat suara terbanyak berarti kalah, dan kalah bukan sesuatu pilihan.

Para politikus selalu mempertimbangkan menang dana kalah. Jika dalam perebutan kekuasaan mereka berperilaku sesuai dengan ‘keinginan’ demokrasi dan itu membuatnya jadi kalah, mereka akan mengesampingkan koridor demokrasi. Demokrasi itu catatan di buku yang disimpan di lemari buku di belakang meja kerjanya sebagai pajangan. Semua alat untuk memperoleh demokrasi di seting supaya memperoleh suara terbanyak. Perilaku dan kalimat-kalimat pemikat disusun supaya para voter percaya sampai hari H pemilihan dan memilihnya.

Para pengusung demokrasi berkeinginan demokrasi berjalan sesuai dengan teori. Mereka beranggapan jika demokrasi berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan pemerintah yang menjalankan pemerintahannya dengan baik dan semua komponen negara berjalan pada fungsinya masing-masing. Mereka hanya bisa berteriak jika ada yang salah atau tidak sesuai dengan yang mereka impikan. Ada yang peduli, ada yang apatis, ada sekedar menyimak, ada yang cuek. Apakah betul demokrasi sebuah sistem terbaik dalam menyusun pemerintahan dalam sebuah negara?

Demokrasi terbaik? Jika di sebuah wilayah pemerintahan, warganya sebagian besar para penjahat, kemudian dalam sebuah pemilihan kepala daerah si ketua penjahatnya yang menang, di situ apakah demokrasi itu baik? Tapi, baik atau tidak baik juga subyektif.

Wnj, 11:35 21.09.2024

Senin, 17 Juni 2024

MUNGKIN DIA DULU GAGAH

masih bertatap mata galak, liar. dia berharap begitu. dan yang nampak keredupan, tak ada sinar dari bola mata yang dijalangkan. langkahnya bergoyang, limbung menahan beban badan yang kurus mengering.

di keramian perempatan jalan ketika pagi, dia berdiri, mengatur lalu lalang kendaraan. kadang tangannya mengepal diacungkan. dia bangga, para pengendara berpelan lajunya, “mereka takut aku,” pikirnya. batuknya yang mengguncang punggung disembunyikan dengan bereteriak dan serak tak tuntas.

ibu-ibu yang lewat, “apa nggak ada keluarganya? dibiarkan kakek itu terhuyung-huyung di tengah perempatan jalan.”

anak-naka smp mentertawai. mengeraskan suaranya ketika kakek itu membentak. ketika menyemburkan ludah yang lengket di bibir.

dia masih terasa gagah. merasa berpengaruh. merasa ditakuti. usia dan waktu telah menggerogoti. dia tak merasa itu.

langkahnya ditegapkan. tapi limbung dan terhuyung. sudah tua, dan tak merasa.

tangannya masih ingin menggenggam, tapi jemarinya sudah kaku dan tak menyentuh telapak.

ketika teriakannya tak didengar, ia terus berteriak. dan tak ada yang merasa mendengar.

 Djayim, 21:56 17062024